Merancang Proyek Antologi Puisi dan Cerpen bersama Mahasiswa Papua

Tepat pukul 14.10. Kami memulai pembelajaran. 

Kali ini tentang Sastra Digital 2. Di semester sebelumnya mereka sudah mendapatkan pembelajaran tentang Sastra Digital 1. Mereka sudah mengenal apa itu sastra dan apa itu digital? 

Mereka sudah tahu bahwa tujuan mata kuliah ini adalah "mahasiswa bisa memahami bahawa peran digital sebagai sarana mendekatkan pembaca dengan sastra dengan perantara digital".

Tentu dalam praktiknya, perkulihan tidak hanya memahamkan mahasiswa tentang peran digital. Mahasiswa harus bisa menjadi bagian orang yang berperan dalam mendekatkan sastra dengan perantara digital. Mereka harus dicetak sebagai pemain. Jangan sampai mereka hanya menjadi komsumsi sastra. Keterampilan khusus terutama dalam menulis sastra harus terbangun lewat mata kuliah ini.

Saat ini kami menggunakan Kompasiana.com sebagai pilihan terbaik dalam mendekatkan masyarakat dengan sastra. Lebih-lebih di kompasiana ada genre fiksiana tersendiri. Di satu sisi kompasiana sendiri sebagai platform digital yang sangat terkenal di Indonesia. 

Untuk di wilayah Papua, ini mungkin sebagai media yang hanya di dengar atau website yang terciduk memberikan materi saat mahasiswa mencari materi kuliah. Sekarang harus beda ceritanya. Mahasiswa harus bisa menjadi pemain.

Aku selalu memberikan semangat pada mahasiswaku. Dengan sangat bersemangat aku mengatakan "Jika orang Jakarta bisa menulis di Kompasiana, maka kita juga bisa. Karena kompasiana.com memberikan keleluasaan untuk berbagi". 

Awalnya aku meragukan pernyataanku ini. Namun aku bersama mahasiswa yang tadinya sangat gaptek, membuktikan bahwa kami bisa menulis juga di Komasiana.com. Akhirnya di semester lalu kami berhasil mengisi tulisan-tulisan menarik. Bahkan banyak menjadi tulisan yang dipilih oleh kompasiana.

Hari ini aku bersama mahasiswa merancang proyek yang lebih berkesan dibandingkan sebelumnya. Kami menargetlkan ada kumpulna cerpen dan puisi yang bisa kami terbitkan.  Sungguh ini sangat menantang bagi kami. Dan asiknya, mahasiswaku juga sangat tertarik dan tertantang untuk mewujudkannya.

Tak menunggu lama, aku langsung merancang perkuliahanku dengan model Project base Learning. Pertama-tama mahasiswa aku arahkan membuat kelompok. Setiap kelompok minimal ada 5 mahasiswa yang akan berkerja sama. Pembagian kelompok berjalan dengan baik.

"Silahkan berkumpul dan tahap awal yang harus kita lakukan adalah membangun niat bersama!" Aku dampingi mereka dengan penuh hati dan bahagia. Diskusi dengan mereka sangat asik. Fokus mereka terlihat baik. Mereka sangat tertantang untuk membuat proyek. Ada yang membuat kumpulan puisi dan ada juga yang membuat kumpulan cerpen. "jangan lupa cara kerjanya juga harus didiskusikan!" Diskusi berlangsung dengan kondusip. Mahsiswa berdiskusi dengan lancar dan penuh semangat.

"Jangan lupa dalam membuat proyek, harus bisa membangun pengetahuan bersama. Bisa dengan membaca buku, berdiskusi dengan teman kelompok atau mengajak seniman/praktisi untuk mendapatkan pengetahuan. Sebuah proyek tidak pernah akan maksimal tampa kekompakan. Kekompakan harus dibangun di atas pengetahuan yang mengarah pada proyek. Harus bisa saling menguatkan!"

Mereka mengatakan siap dan mengerti. Mereka merasa tertantang. Dan tak terasa waktu habis.

"Minggu depan kita lanjutkan, harus ada capaian yang kita hasilkan dan nanti dilaporkan!"

Perkuliahan akhirnya selesai. Kulihat mereka sudah mulai tertantang.

Aku percaya mereka adalah mahasiswa-mahasiswa yang hebat. Mereka butuh sentuhan pendidikan yang lebih baik. 

Sorong, 03 November 2022