Mohon tunggu...
Ismail Marzuki
Ismail Marzuki Mohon Tunggu... Dosen - Hidup ini layaknya cermin, apa yang kita lalukan itulah yang nampak atau kita hasilkan

Memiliki banyak teman adalah kebahagiaan yang tak terkira. Senyum selalu dalam menjalani hidup akan memberi makna yang membekas dalam tiap bait hari-hari

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik, Kebebasan, Tindakan

10 Agustus 2020   15:18 Diperbarui: 10 Agustus 2020   15:34 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tindakan harus diukur dan dipertimbangkan agar tidak menjadi masalah yang akan menyerang diri sendiri atau kelompok. Perbedaan tindakan tidak akan menjadi masalah selama itu berorientasi pada kebaikan-kebaikan. Sebut saja, satu melakukan prestasi keagamaan, satunya lagi melakukan prestasi sosial, satunya lagi melakukan prestasi budaya, yang pada akhirnya menyimpulkan sebuah kualitas pada kelompok yang lebih tinggi yang disebuat masyarakat.

Politik, kebebasan, dan tindakan pada dasarnya adalah satu kemasan yang berangkat dari satu hal yang disebut Logos yang berarti akal, pikiran, dan budi manusia. Inilah yang membedakan manusia dengan mahluk lain terletak pada kemampuan berpikir dan kemampuan memilih tindakan.

Semuanya itu harus diarahkan pada comman good (kebaikan bersama). Inilah yang mesti kita perjuangkan agar generasi setelah kita bercermin dan melakukan tindakan sesuai dengan cita-cita kita.

Kebebasan itu ada dalam tindakan dan tindakan itu harus dibebaskan dari berbagai keyakinan dan aturan yang mengikatnya. Dalam tanda kutip tidak bertentangan dengan norma umum. Dan subtansi dari politik itu sendiri adalah perjuangan kepentingan.

Pada kenyataan yang kita alami, kontestasi golongan, kontestasi keturuanan, dan kekuatan kelompok tertentu dalam masyarat, jangan sampai menjadi sebab dan alasan untuk tidak bertindak.  Penyatuan pendapat dan gagasan dalam golongan (pemuda, remaja) harus disosialisasikan untuk mendapat consensus (kesepahaman) antara glongan pemuda/remaja dengan golongan orang tua. Sehingga setiap tindakan memiliki filterasi sebelum dieksekusi. Bias-bias yang ada di masyarakat seperti penggolongan, otoritas kelompok, power privat (kekuatan personal) jangan sampai menjadi momok yang berkepanjangan.

Setiap orang harus berbuat berdasarkan kapasitasnya untuk mencapai kebersamaan. Sehingga kemajuan dan kesuksesan diberbagai sektor mampu diwujudkan. Dan pada akhirnya, generasi yang muncul adalah generasi yang penuh semangat dan memiliki suvive yang tinggi terhadap perubahan-peruabahan yang ada. Kedepanya tidak ada lagi kita temukan generasi yang sibuk dengan kemalasaan. Yang ada hanya generasi yang multi kompeten, kreatif, dan inovatif.

Sorong, 10 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun