Mohon tunggu...
Uruqul Nadhif Dzakiy
Uruqul Nadhif Dzakiy Mohon Tunggu... Peneliti -

Saya seorang peneliti di bidang manajemen teknologi dan entrepreneurship, berdomisili di kota Bandung http://www.uruqulnadhif.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pasar Tradisional sebagai Destinasi Wisata Baru di Kota Bandung

26 Januari 2019   17:48 Diperbarui: 26 Januari 2019   17:54 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai upaya untuk meningkatkan akses masyarakat pada pasar tradisional, banyak Pemerintah Kota (Pemkot) termasuk kota Bandung melakukan revitalisasi pada beberapa pasar yang ada di jantung kota. 

Perbaikan ini tujuannya untuk mengubah stigma masyarakat terhadap pasar tradisional yang terkesan becek, jorok, dan bau menjadi pasar yang bersih, aman, dan nyaman. Selain itu diharapkan pasar tradisional dapat bersaing dengan pasar modern (www.pikiran-rakyat.com, 1/3/2018). 

Ini mengingat keberadaan ritel modern membuat keuntungan pedagang pasar secara keseluruhan menurun (Sarwoko, 2008). Revitalisasi ini juga merupakan upaya keberpihakan Pemkot pada pelaku ekonomi kecil yang umumnya tidak terlalu diperhatikan.

Upaya revitalisasi pasar tradisional ini diistilahkan dengan modernisasi pasar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), modernisasi diartikan sebagai proses pergeseran sikap dan mentalitas warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini. 

Namun sayangnya dalam konteks pasar tradisional, upaya modernisasi diartikan sebatas mengambil sisi ruang pada pasar modern yang ada seperti halnya supermarket dan minimarket, dengan mengabaikan sisi lainnya seperti halnya pelaku pasar itu sendiri. Tampilan baru pasar tradisional nantinya diharapkan mampu menciptakan perilaku baru bagi pedagang maupun pembeli seperti halnya di ritel modern.

Sebagai proses modernisasi ini, Pemkot melalui PD Pasar beserta stakeholders yang terlibat (perwakilan pedagang, pengurus pasar, dan sebagainya) umumnya menyusun program-program rencana modernisasi ini sebelumnya. Namun seringkali apa yang diharapkan Pemkot dan stakeholders ini tidak sesuai dengan realita yang terjadi pasca modernisasi pasar usai dilakukan. 

Insan pasar dengan kreativitasnya menjadikan pasar menjadi wahana untuk mereka berkreasi dan berkegiatan meskipun tidak ada sangkut-pautnya dengan aktivitas jual-beli. Alih-alih mereka merusak citra pasar, mereka justru menciptakan warna baru bagi pasar yang tidak sekedar pusat jual-beli kebutuhan sehari-hari. Sebagai contoh Pasar Cihapit yang terletak tak jauh dari Jalan Riau Bandung.

Pasar Cihapit, Dulu dan Kini

Menurut cerita Reza Ramadhan dari Komitas Aleut (komunitasaleut.com), dulunya Belanda membangun kawasan Cihapit didasarkan pada konsep lingkungan yang sehat di mana terdiri atas komplek perumahan yang dilengkapi pasar, pertokoan, taman dan lapangan terbuka (plein). 

Pada tahun 1920-an, komplek perumahan Cihapit ini mendapatkan predikat sebagai contoh lingkungan permukiman sehat di kota Bandung yang dihuni oleh warga golongan menengah baik pribumi maupun Belanda.

Pada tahun 1942-1946, komplek perumahan Cihapit digunakan sebagai interniran oleh tentara Jepang yaitu sebuah kamp konsentrasi tawanan bagi wanita dan anak-anak warga Belanda maupun pribumi. Konon di kamp Cihapit ini selalu hadir pertunjukan kabaret yang dibintangi oleh Corry Vonk, seorang artis kabaret terkenal asal Belanda yang ditawan di sana. 

Selain itu muncul berbagai kursus seperti kursus balet, yoga, sekolah bagi anak-anak, dan acara keagamaan. Sejarah tersebut mengisyaratkan bahwa kawasan Cihapit adalah daerah yang hidup dengan aktivitas seni-budaya, pendidikan, dan jual-beli yang integratif.  

Satu abad kemudian, kawasan Cihapit khususnya di sekitar pasarnya menjadi pusat berjualan berbagai makanan khas kota Bandung seperti halnya Nasi Rames Emak Eha, Surabi Cihapit, Lotek Cihapit, Kupat Tahu Galunggung, Gorengan Cihapit, dan Awug. Di samping itu juga terdapat kedai kopi Los Tjihapit yang hampir tidak pernah sepi pengunjung. 

Mereka datang dari berbagai aneka latar belakang seperti halnya budayawan kota, mahasiswa, seniman, akademisi, dan tentunya pembeli di pasar Cihapit. Di kedai ini juga sering diselenggarakan diskusi budaya dan nonton bareng film. 

Di samping itu, di dalam pasar juga bisa kita dapati galeri yang menyajikan berbagai karya seni kontemporer, juga pelatihan fotografi bagi masyarakat umum. Tak hanya itu, warga sekitar pasar sering juga mengadakan acara hiburan seperti dangdutan dan karaokean di sini.

Wisata Pasar

Membaca sejarah kawasan Cihapit juga menyaksikan apa yang terjadi di sana saat ini menjadikan pasar ini memiliki keunikan tersendiri. Modernisasi pasar yang sempat dilakukan beberapa tahun terakhir ternyata justru mampu menciptakan aktivitas-aktivitas baru yang menjadi suplemen bagi aktivitas turun-temurun yang sudah ada sebelumnya seperti kuliner. 

Padahal ini tidak sesuai dengan yang direncanakan. Perilaku insan pasar yang tercermin dalam aktivitas-aktivitas tersebut berpotensi besar sebagai daya tarik wisata budaya kota. 

Pakar pariwisata terkemuka dari Bournemouth University Inggris, Dimitrios Burhalis, di jurnal ternama pariwisata Tourism Management yang terbit pada tahun 2000 mengungkapkan bahwa terdapat enam framework destinasi wisata yaitu daya tarik (attractions), keterjangkauan (accessibility), fasilitas (amenities), paket wisata (available packages), aktivitas wisata, dan layanan tambahan (ancillary services) seperti Bank, Rumah Sakit, dan sebagainya. Tentunya kerangka ini akan mudah dipenuhi oleh Pasar Cihapit ini. 

Di samping menjadikannya sebagai destinasi wisata, keunikan yang ada di pasar Cihapit dapat dijadikan inspirasi bagi Pemkot melalui PD Pasar untuk modernisasi pasar tradisional lainnya. Langkah modernisasi nantinya perlu ditekankan pada sisi historik pasar dan kawasannya juga potensi aktivitas khas warga pasar yang tidak terduga sebelumnya. 

Jika pendekatan ini dilakukan, kota Bandung akan memiliki banyak pasar tradisional yang secara bangunan modern juga disertai dengan ragam aktivitas unik yang membuatkan tematik. Dengan mengaitkannya sebagai destinasi wisata budaya, nantinya warga dalam dan luar kota bahkan mancanegara akan lebih familiar untuk berkunjung ke pasar. 

Tak hanya insan pasar nantinya yang akan mendapatkan keuntungan dari sini namun juga Pemkot setempat dan warga sekitar. Pada akhirnya diharapkan kota Bandung akan memiliki objek wisata baru yaitu pasar tradisional sebagai alternatif bagi objek lain yang sudah dikenal seperti halnya kuliner dan fashion.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun