Selain itu muncul berbagai kursus seperti kursus balet, yoga, sekolah bagi anak-anak, dan acara keagamaan. Sejarah tersebut mengisyaratkan bahwa kawasan Cihapit adalah daerah yang hidup dengan aktivitas seni-budaya, pendidikan, dan jual-beli yang integratif. Â
Satu abad kemudian, kawasan Cihapit khususnya di sekitar pasarnya menjadi pusat berjualan berbagai makanan khas kota Bandung seperti halnya Nasi Rames Emak Eha, Surabi Cihapit, Lotek Cihapit, Kupat Tahu Galunggung, Gorengan Cihapit, dan Awug. Di samping itu juga terdapat kedai kopi Los Tjihapit yang hampir tidak pernah sepi pengunjung.Â
Mereka datang dari berbagai aneka latar belakang seperti halnya budayawan kota, mahasiswa, seniman, akademisi, dan tentunya pembeli di pasar Cihapit. Di kedai ini juga sering diselenggarakan diskusi budaya dan nonton bareng film.Â
Di samping itu, di dalam pasar juga bisa kita dapati galeri yang menyajikan berbagai karya seni kontemporer, juga pelatihan fotografi bagi masyarakat umum. Tak hanya itu, warga sekitar pasar sering juga mengadakan acara hiburan seperti dangdutan dan karaokean di sini.
Wisata Pasar
Membaca sejarah kawasan Cihapit juga menyaksikan apa yang terjadi di sana saat ini menjadikan pasar ini memiliki keunikan tersendiri. Modernisasi pasar yang sempat dilakukan beberapa tahun terakhir ternyata justru mampu menciptakan aktivitas-aktivitas baru yang menjadi suplemen bagi aktivitas turun-temurun yang sudah ada sebelumnya seperti kuliner.Â
Padahal ini tidak sesuai dengan yang direncanakan. Perilaku insan pasar yang tercermin dalam aktivitas-aktivitas tersebut berpotensi besar sebagai daya tarik wisata budaya kota.Â
Pakar pariwisata terkemuka dari Bournemouth University Inggris, Dimitrios Burhalis, di jurnal ternama pariwisata Tourism Management yang terbit pada tahun 2000 mengungkapkan bahwa terdapat enam framework destinasi wisata yaitu daya tarik (attractions), keterjangkauan (accessibility), fasilitas (amenities), paket wisata (available packages), aktivitas wisata, dan layanan tambahan (ancillary services) seperti Bank, Rumah Sakit, dan sebagainya. Tentunya kerangka ini akan mudah dipenuhi oleh Pasar Cihapit ini.Â
Di samping menjadikannya sebagai destinasi wisata, keunikan yang ada di pasar Cihapit dapat dijadikan inspirasi bagi Pemkot melalui PD Pasar untuk modernisasi pasar tradisional lainnya. Langkah modernisasi nantinya perlu ditekankan pada sisi historik pasar dan kawasannya juga potensi aktivitas khas warga pasar yang tidak terduga sebelumnya.Â
Jika pendekatan ini dilakukan, kota Bandung akan memiliki banyak pasar tradisional yang secara bangunan modern juga disertai dengan ragam aktivitas unik yang membuatkan tematik. Dengan mengaitkannya sebagai destinasi wisata budaya, nantinya warga dalam dan luar kota bahkan mancanegara akan lebih familiar untuk berkunjung ke pasar.Â
Tak hanya insan pasar nantinya yang akan mendapatkan keuntungan dari sini namun juga Pemkot setempat dan warga sekitar. Pada akhirnya diharapkan kota Bandung akan memiliki objek wisata baru yaitu pasar tradisional sebagai alternatif bagi objek lain yang sudah dikenal seperti halnya kuliner dan fashion.