Sepertinya kita tidak diberi jeda untuk istirahat dari berita heboh. Ironi memang, tadi pagi saya menulis tentang efek negatif bermedia sosial, di antaranya Brain Rot dan FOMO, tapi ... munculnya berbagai berita -- yang kemudian viral -- mau tidak mau membuat kita merasa harus menyimak.
Setelah viral berita Jokowi dan OCCRP, MK yang menghapus Presidential Threshold, makan siang gratis, dan berita lainnya, kini berita pemecatan Shin Tae-Yong oleh PSSI tak bisa diabaikan begitu saja.
Apakah saya termasuk FOMO dengan menulis artikel ini? Entahlah!
Yang jelas, saya hanya suka mencurahkan apa yang ada dalam kepala ini ke dalam tulisan. Tapi, saya tidak akan beropini terkait pemecatan STY ini. Pertanyaan di judul 'Langkah Maju atau Kemunduran", saya serahkan kepada Anda.
Sebenarnya, penggantian pelatih dalam dunia sepak bola bukanlah hal yang aneh atau jarang terjadi. Ini adalah keputusan yang sering kali diambil untuk kepentingan tim, meski seringkali memicu perdebatan di kalangan fans dan media. Sebagai olahraga yang sangat kompetitif, setiap tim memiliki ambisi untuk mencapai hasil terbaik, dan terkadang, mengganti pelatih menjadi langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Secara umum, salah satu alasan utama penggantian pelatih adalah untuk mengubah dinamika tim. Meskipun sebuah tim sedang berada dalam performa baik, penggantian pelatih bisa saja dilakukan jika manajemen merasa bahwa pelatih tersebut tidak mampu membawa tim ke tingkat yang lebih tinggi. Hal ini seringkali terjadi saat ada perubahan strategi, filosofi bermain, atau bahkan pemilihan pemain yang lebih sesuai dengan visi jangka panjang klub.
Selain itu, hubungan antara pelatih dan manajemen atau pemain juga menjadi faktor penting. Jika ada ketegangan atau ketidaksesuaian dalam hubungan internal, keputusan untuk mengganti pelatih bisa dilakukan demi menjaga kestabilan tim. Bahkan, perubahan pelatih juga bisa menjadi jawaban atas masalah komunikasi, terutama dengan pemain baru atau pemain naturalisasi yang membutuhkan pendekatan berbeda.
Dalam banyak kasus, meskipun hasilnya baik, penggantian pelatih dilakukan untuk alasan jangka panjang, yaitu mempersiapkan tim untuk kompetisi yang lebih besar atau tantangan yang lebih berat di masa depan, seperti kualifikasi turnamen besar.
Menambah informasi kasus penggantian pelatih, berikut ini beberapa penggantian pelatih yang cukup heboh beritanya.
Jose Mourinho di Chelsea (2015)
Meskipun membawa Chelsea meraih gelar Premier League pada musim sebelumnya, Jose Mourinho dipecat pada 2015 setelah serangkaian hasil buruk. Keputusan ini mengejutkan banyak orang karena Mourinho dikenal sebagai pelatih yang sukses. Namun, Chelsea memutuskan untuk menggantinya dengan tujuan menyelamatkan musim dan memperbaiki performa tim.
Julen Lopetegui di Real Madrid (2018)
Julen Lopetegui baru saja memimpin timnas Spanyol di Piala Dunia 2018, namun ia dipecat dari jabatan pelatih Real Madrid. Hasil buruk dan kurangnya hasil positif pasca-Cristiano Ronaldo meninggalkan tim menjadi alasan utama penggantian tersebut.
Oleh karenanya, penggantian pelatih dalam sepak bola adalah bagian dari dinamika yang wajar dan merupakan langkah yang sering diambil untuk meningkatkan kualitas tim, mengatasi masalah internal, atau memperbaiki performa keseluruhan.
Sekarang kita bahas pemecatan STY sebagai pelatih Timnas Indonesia.
Keputusan PSSI untuk mengakhiri kontrak Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas Indonesia pada 6 Januari 2025 telah menjadi sorotan utama dalam dunia sepak bola Indonesia, sekaligus mengundang banyak perdebatan. Meski di bawah kepemimpinannya Timnas Indonesia berhasil menunjukkan perkembangan yang signifikan, langkah ini tetap diambil oleh PSSI, yang tampaknya memiliki pandangan jauh ke depan mengenai ambisi Timnas Indonesia.
Shin Tae-yong, yang dikenal dengan filosofi sepak bola modern dan keras, memang membawa Timnas Indonesia meraih kemajuan. Di bawah asuhannya, Timnas berhasil tampil lebih solid dan disiplin, terlihat dalam pertandingan-pertandingan penting seperti Kualifikasi Piala Dunia dan Piala AFF. Beberapa hasil positif tersebut dan keputusan PSSI untuk mengakhiri kontrak STY tentu mengundang perbincangan.
Tentu saja, penggantian pelatih di saat tim sedang dalam performa baik bisa mengejutkan banyak pihak. Namun, ada beberapa alasan yang mungkin mendasari keputusan ini. PSSI kemungkinan besar mempertimbangkan tujuan jangka panjang, terutama dalam konteks ambisi untuk lolos ke Piala Dunia 2026. Timnas Indonesia, meskipun menunjukkan tanda-tanda perbaikan, masih belum bisa menembus level tertinggi di Asia. Dengan pemecatan STY, PSSI mungkin ingin membawa pelatih baru yang dianggap lebih mampu membawa tim ke level tersebut, atau pelatih yang lebih beradaptasi dengan kebutuhan tim yang berkembang, termasuk peningkatan kualitas pemain dan strategi jangka panjang.
Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan adalah komunikasi antara pelatih dan pemain, khususnya pemain naturalisasi. Timnas Indonesia saat ini memiliki sejumlah pemain naturalisasi yang berperan penting, namun tak jarang kita mendengar keluhan mengenai kesulitan dalam membangun hubungan antara pelatih dan pemain-pemain ini. Dengan filosofi kepelatihan yang terkadang sangat tegas dan cara komunikasi yang tidak selalu efektif, STY mungkin kesulitan untuk mencapai kesepakatan yang optimal dengan beberapa pemain tersebut. Seorang pelatih asal Eropa, yang mungkin lebih terbiasa dengan pendekatan terhadap pemain internasional dan naturalisasi, bisa jadi lebih efektif dalam menjalin komunikasi dan menciptakan hubungan yang harmonis.
Selain itu, hubungan pelatih dengan manajemen atau pemain juga menjadi faktor penting. Terkadang, meski pelatih memiliki taktik yang bagus, jika hubungan dengan pemain tidak harmonis, hasil yang diinginkan tidak selalu tercapai. Mungkin PSSI ingin mencoba pendekatan yang lebih fresh dalam hal hubungan manajerial dan strategi taktik untuk menghadapi tantangan besar yang lebih berat ke depan.
Keputusan ini pasti menyisakan tantangan besar bagi PSSI dan timnas Indonesia. Mengganti pelatih yang telah mulai membangun pondasi bisa berisiko, terlebih dengan fans yang sudah menaruh harapan besar pada STY. Namun, jika PSSI memilih pelatih yang tepat, keputusan ini bisa menjadi langkah positif menuju masa depan yang lebih cerah bagi Timnas Indonesia.
Dengan kualifikasi Piala Dunia 2026 yang semakin mendekat, pilihan PSSI untuk mengganti Shin Tae-yong bisa menjadi langkah strategis untuk memastikan Timnas Indonesia tampil lebih kuat dan kompetitif di kancah internasional. Kini, semua mata tertuju pada langkah berikutnya, apakah pelatih baru mampu memenuhi ekspektasi besar tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H