Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Allah sebagai Rabb, Malik, dan Ilah: Sebuah Refleksi Spiritual

10 Desember 2024   08:45 Diperbarui: 10 Desember 2024   08:45 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Allah sebagai Ilah: Satu-satunya yang Disembah

Di surat Al-Fatihah Allah SWT berfirman, "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin" (Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan). Sementara di surat An-Naas, Dia berfirman, "Ilaahinnaas" (Ilah manusia). kedua ayat ini menegaskan kedudukan Allah sebagai Ilah, satu-satunya yang layak diibadahi.

Sebagai pengingat, ibadah adalah alasan manusia diciptakan oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya di surat Adz-Dzariyat ayat 56, "Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku."

Sebagai Ilah, Allah adalah pusat cinta dan pengabdian kita. Setiap sujud, setiap doa, bahkan setiap usaha dalam hidup seharusnya tertuju kepada-Nya. Mengingat Allah sebagai Ilah membantu kita menjaga keikhlasan dalam beribadah, baik dalam hubungan dengan-Nya maupun dengan sesama manusia.

Hikmah yang Menggerakkan Hati

Mengenal Allah sebagai Rabb mengajarkan kita untuk percaya bahwa tidak ada satu hal pun di dunia ini yang terjadi tanpa izin-Nya. Sebagai Malik, Allah menunjukkan bahwa hanya Dia yang memiliki hak untuk mengatur kehidupan kita. Sebagai Ilah, Dia mengingatkan bahwa semua ibadah kita, dari yang kecil hingga besar, hanya pantas ditujukan kepada-Nya.

Ketika kesadaran ini meresap dalam hati, kita tidak hanya akan hidup lebih tenang, tetapi juga lebih bijaksana. Kita akan berhenti mengeluh tentang apa yang tidak kita miliki dan mulai bersyukur atas apa yang telah Allah berikan. Kita akan lebih peduli pada aturan Allah daripada mencari pembenaran atas keinginan duniawi.

Allah tidak membutuhkan pengakuan kita. Dialah yang Maha Segalanya, tanpa atau dengan kita. Namun, mengenal Allah adalah kebutuhan kita. Karena hanya dengan mengenal-Nya, kita akan menemukan arah hidup yang sejati, kebahagiaan yang hakiki, dan kedamaian yang abadi.

Mari kita merenung sejenak: Sejauh mana kita telah mengenal Allah sebagai Rabb, Malik, dan Ilah? Sudahkah kita bersikap sesuai kedudukan-Nya?

Semoga perjalanan ini membawa kita lebih dekat kepada-Nya. Karena pada akhirnya, hanya Allah yang akan menjadi pelindung, pemimpin, dan penolong kita di dunia dan akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun