Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agama dan Estetika: Kontradiksi Moral dalam Pandangan Nietzsche

21 November 2024   06:32 Diperbarui: 21 November 2024   06:37 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Friedrich Nietzsche, filsuf kenamaan, pernah melontarkan pernyataan menarik tentang moralitas: "Jika kamu membunuh kecoa, kamu adalah pahlawan. Jika kamu membunuh kupu-kupu, kamu jahat. Moral memiliki kriteria estetika."

Kalimat ini mengajak kita merenung lebih dalam tentang standar baik dan buruk yang kita anut. Nietzsche menyiratkan bahwa penilaian moral kita seringkali dipengaruhi oleh faktor estetika atau keindahan. Kecoa, dianggap menjijikkan, sehingga membunuhny dianggap tindakan heroik. Sebaliknya, kupu-kupu yang indah, dianggap tidak boleh dibunuh.

Pandangan Nietzsche ini menantang kita untuk mempertanyakan asumsi-asumsi moral yang selama ini kita pegang. Apakah penilaian kita tentang baik dan buruk selalu objektif? Atau mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor subjektif seperti perasaan, emosi, dan pandangan estetika?

Ajaran agama umumnya menekankan pada nilai-nilai moral yang universal dan absolut. Konsep baik dan buruk, benar dan salah seringkali didefinisikan secara jelas berdasarkan kitab suci atau ajaran para nabi. Moralitas dalam agama seringkali dikaitkan dengan konsep Tuhan, surga, dan neraka sebagai bentuk motivasi untuk berbuat baik dan menghindari kejahatan.


Perbedaan dengan Pandangan Nietzsche
Pandangan Nietzsche tentang moralitas sangat berbeda dengan ajaran agama. Jika agama cenderung memberikan definisi moral yang bersifat universal dan obyektif, Nietzsche justru melihat moralitas sebagai konstruksi sosial yang relatif dan subjektif. Baginya, moralitas tidak memiliki dasar yang mutlak, melainkan merupakan hasil dari sejarah, budaya, dan kekuatan politik.


Beberapa poin utama yang membedakan pandangan Nietzsche dengan ajaran agama adalah:

Sumber Moralitas
Agama melihat sumber moralitas berasal dari Tuhan atau kekuatan di luar manusia, sedangkan Nietzsche berpendapat bahwa moralitas berasal dari manusia itu sendiri.

Sifat Moralitas
Agama cenderung melihat moralitas sebagai sesuatu yang tetap dan tidak berubah, sementara Nietzsche memandang moralitas sebagai sesuatu yang terus berkembang dan berubah sesuai dengan konteks sejarah dan budaya.

Tujuan Moralitas
Agama seringkali mengaitkan moralitas dengan tujuan akhir seperti mencapai surga atau menghindari neraka, sedangkan Nietzsche lebih menekankan pada pengembangan potensi manusia dan pencapaian kehendak untuk berkuasa.

Bagaimana menurut Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun