Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda,
"Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman."
Hadis ini mengajarkan kita tentang tanggung jawab untuk mencegah kemungkaran sesuai dengan kemampuan masing-masing. Namun, di era digital ini, lisan kita tidak lagi hanya berbentuk ucapan langsung. Media sosial, blog, dan platform lainnya telah membuka peluang besar untuk "berbicara" melalui tulisan.
Tulisan telah menjadi alat yang sangat kuat. Ia mampu menjangkau ribuan, bahkan jutaan orang dalam sekejap. Dengan menulis, kita tidak hanya menyampaikan ide atau pendapat, tetapi juga dapat menanamkan kebaikan, menyuarakan kebenaran, dan mencegah kemungkaran.
Kenapa Menulis Itu Penting?
Menulis bukan sekadar aktivitas menuangkan pikiran ke atas kertas atau layar. Lebih dari itu, menulis adalah bentuk tanggung jawab sosial. Bayangkan, ketika kita melihat kemungkaran---ketidakadilan, penyebaran kebohongan, atau perbuatan zalim---namun kita hanya diam, maka peluang untuk meluruskan kesalahan itu terabaikan. Melalui tulisan, kita memiliki kesempatan untuk berbicara, mengedukasi, dan memengaruhi banyak orang untuk berubah menjadi lebih baik.
Menulis juga melatih kita berpikir jernih. Sebuah tulisan yang baik adalah hasil dari pemikiran yang matang. Saat kita menulis tentang suatu isu, kita diajak untuk memahami masalah lebih dalam, mencari fakta, dan menyusun argumen yang kuat. Hal ini membuat kita menjadi pribadi yang lebih bijak dan kritis.
Menulis di Era Digital
Media sosial adalah senjata dua sisi. Ia bisa menjadi ladang kebaikan, tetapi juga bisa menjadi tempat suburnya kemungkaran. Di sinilah kita, sebagai individu yang peduli, harus mengambil peran. Jika ada yang menyebarkan hoaks, kita bisa meluruskan dengan tulisan. Jika ada yang menyebarkan kebencian, kita bisa menyebarkan kasih sayang melalui kata-kata kita. Menulis di era digital adalah bentuk nyata dari amar ma'ruf nahi munkar dengan "lisan" yang telah berevolusi menjadi tulisan.
Namun, perlu diingat bahwa tulisan kita harus dibarengi dengan niat yang tulus dan cara penyampaian yang bijaksana. Jangan sampai tulisan kita justru menjadi penyulut perpecahan atau kebencian baru. Rasulullah sendiri selalu mencontohkan bagaimana menyampaikan kebenaran dengan hikmah dan kasih sayang.