Kadangkala, kita sering punya keinginan untuk menolong orang lain. Tapi, tak jarang ada rasa takut, ragu, atau khawatir akan kekurangan setelah memberi. Ketakutan ini bisa jadi muncul karena logika sederhana: "Jika saya terus memberi, bukankah nanti akan habis?"
Seorang motivator menceritakan pengalamannya ketika diundang ke sebuah perusahaan. Saat itu ia melewati gerbang perusahaan tersebut, matanya tertuju pada sebuah tulisan besar: "Tidak Menerima Permintaan Sumbangan Dari Pihak Manapun."
 Lalu ia berkata kepada pemilik perusahaan, "Ganti tulisan ini, Pak!"
Tentu saja pemilik perusahaan penasaran, "Ganti dengan tulisan apa?"
Dengan penuh keyakinan, motivator tersebut menjawab, "Siapapun yang butuh sumbangan, silahkan datang kemari!"
Dahi pemilik perusahaan langsung berkerut, kemudian berkata, "Nanti pada datang minta sumbangan, dong?"
Dengan tenang sang motivator menjawab, "Biarkan saja. Itukan tandanya banyak rezeki. Semakin banyak yang datang, maka semakin banyak rezeki kita."
Mengapa Kita Tak Perlu Takut Didatangi Orang yang Membutuhkan?
Yakinilah, orang yang datang meminta bantuan bukanlah penghalang, melainkan tanda bahwa Allah telah mempercayai kita dengan rezeki yang cukup untuk dibagikan. Tidak mungkin Allah mempertemukan kita dengan orang yang membutuhkan jika kita tidak mampu membantu mereka. Justru, dengan didatangi oleh mereka, itulah pertanda bahwa Allah memberi kita kesempatan untuk berbuat baik.
Banyak dari kita takut didatangi orang yang kesusahan. Kita berpikir mereka hanya akan "membebani" hidup kita. Namun, jika kita ubah pola pikir, kita akan menyadari bahwa sesungguhnya kitalah yang membutuhkan mereka. Mereka adalah pengingat, agar kita tidak terjebak dalam dunia yang hanya berfokus pada pencapaian pribadi. Kehadiran mereka adalah sarana bagi kita untuk berbagi, yang pada akhirnya menumbuhkan rasa syukur kita.
Dalam ajaran Islam, Rasulullah SAW mengingatkan bahwa orang-orang miskin atau kurang mampu nantinya akan memiliki "kekuasaan" di hari kiamat. Sahabat bertanya, "Kekuasaan apa ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Di hari kiamat nanti akan dikatakan kepada mereka, tariklah mereka yang pernah memberimu makan walau sesuap, minum walau seteguk, pakaian walau selembar. Peganglah tangannya dan tuntunlah ke surga."
Bayangkan, perbuatan kecil kita hari ini, sekadar membantu orang lain dengan makanan, minuman, atau pakaian, bisa menjadi tiket kita menuju kebaikan di hari akhir. Ketulusan kita membantu mereka yang membutuhkan menjadi investasi yang jauh lebih besar daripada sekadar uang atau harta. Kita diberi kesempatan untuk membangun jembatan menuju rahmat dan kebahagiaan yang abadi.
Rezeki Bertambah dengan Memberi
Ada banyak kisah yang menunjukkan bahwa kebaikan yang kita lakukan akan berbalik kepada kita. Orang-orang yang ringan tangan dalam membantu akan selalu mendapati rezeki mereka mengalir, baik dari sumber yang disangka maupun yang tak terduga.
Logika sederhana ini juga disebutkan dalam ajaran agama: semakin banyak yang kita beri, semakin banyak rezeki yang akan datang. Memberi adalah bukti bahwa kita yakin bahwa sumber rezeki sejati adalah Allah, bukan nerih payah kita sendiri.
Ketakutan terhadap kekurangan hanya akan membatasi diri kita. Jika kita ingin membuka jalan rezeki yang lebih luas, mari mulai membuka hati kita untuk orang-orang yang datang dengan kebutuhan. Mereka bukan ancaman atau beban. Mereka adalah "pengirim pesan" yang membawa berkah dari Tuhan.
Maka, Jangan Takut Dimintai!
Kita hidup dalam sebuah siklus yang unik: semakin banyak yang kita beri, semakin banyak yang akan kita terima. Keberkahan tidak hanya diukur dari jumlah yang tersimpan di rekening, melainkan juga dari ketenangan, rasa cukup, dan hubungan baik dengan orang-orang di sekitar kita.
Jadi, mari ubah cara pandang kita dan jangan takut untuk memberi. Kita membutuhkan mereka yang membutuhkan kita, karena dari sanalah rezeki kita semakin bertambah, baik di dunia maupun di akhirat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI