Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hidayah di Medan Perang

6 November 2024   11:30 Diperbarui: 6 November 2024   11:39 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kisahhikmah

Pagi itu di medan Yarmuk, fajar perlahan mengusir malam, menyisakan kabut tipis yang menutupi pandangan pasukan di kejauhan. Di tengah persiapan pertempuran, seorang komandan Romawi, Jenderal George Todzira, berdiri termenung di depan barisan pasukan Romawi. Tubuhnya tegap, namun matanya memancarkan keraguan yang selama ini tertutupi di hadapan pasukannya.

George, seorang panglima Romawi yang telah terbiasa memimpin ribuan prajurit, mulai merasa ada yang berbeda dalam setiap langkahnya sejak perang ini dimulai. Beberapa hari terakhir, ia terpesona sekaligus tercengang melihat pasukan Muslim yang melawan dengan tekad sekuat baja, nyaris tanpa takut kehilangan nyawa. "Apa yang membuat mereka begitu kuat?" pikirnya, penuh keheranan.

Hari itu, sebelum fajar merekah sempurna, George melangkah maju ke garis depan. Ia ingin bicara dengan Khalid bin Walid, sang komandan Muslim yang dikenal dengan julukan "Pedang Allah." Khalid menyambut panggilan itu dengan tenang, memajukan kudanya hingga kedua kuda mereka berdiri saling berhadapan. Dalam hening yang mencekam, George memulai pembicaraan.

"Wahai Khalid," kata George dengan suara tegas, "jawablah dengan jujur. Apakah Tuhanmu menurunkan pedang dari langit kepada Nabi kalian, lalu memberikannya kepadamu untuk mengalahkan kami?"

Khalid tersenyum tipis, menatap mata George yang menyiratkan keingintahuan yang mendalam. "Tidak!" jawabnya singkat namun penuh keyakinan. Dalam percakapan itu, Khalid menjelaskan bahwa pedang Allah bukanlah senjata fisik, melainkan gelar kehormatan yang diberikan oleh Rasulullah kepada dirinya karena keimanan dan dedikasinya yang teguh dalam membela Islam. Bagi Khalid, menjadi seorang Muslim adalah pilihan yang dilandasi iman, bukan hanya karena mukjizat atau kekuatan luar biasa.

Dialog itu terus mengalir, membawa George ke dalam dimensi pemahaman yang baru. Setiap jawaban Khalid membuat hatinya bergetar, hingga ia tak tahan lagi. "Ajarkan aku tentang Islam," ucapnya dengan suara pelan, hampir berbisik. Khalid, yang terkejut namun tersenyum lembut, mengajak George ke tendanya.

Di dalam tenda, George mengikuti Khalid dalam proses bersuci, kemudian mengucapkan syahadat dengan tulus, diiringi dengan shalat dua rakaat sebagai tanda ia telah menerima Islam. Keputusan itu bagaikan gemuruh yang mengguncang segenap pasukan Romawi saat George muncul di barisan Muslim dengan mengenakan baju perangnya yang kini memancarkan semangat baru. Tanpa ragu, Khalid memberi komando untuk kembali ke medan pertempuran---kali ini bersama seorang saudara baru dalam Islam.

Hari itu, George berperang dengan jiwa yang tenang dan keyakinan yang kuat. Pasukan Romawi, yang menyaksikan sang komandan berbalik melawan mereka, terguncang hebat. Ada yang merasa dikhianati, ada pula yang terpacu oleh amarah, sehingga banyak dari mereka yang mengarahkan serangan khusus ke arah George.

Di tengah pertempuran sengit itu, George gugur. Ia yang baru sehari sebelumnya menerima Islam, kini menghembuskan napas terakhirnya di medan tempur sebagai seorang syuhada. Seorang panglima Romawi yang menemukan hidayah di tengah perang, lalu meraih kemuliaan sebagai syuhada dalam hitungan jam.

Mungkin kita bertanya, apa yang bisa kita pelajari dari perjalanan hidup George? Hidayah bisa datang di mana saja dan kapan saja, bahkan di tempat yang tak terduga. Hidayah seperti air yang jatuh dari langit, menunggu hati yang terbuka untuk menampungnya. Bagi George, hidayah datang di medan perang. Bagi kita? Mungkin saat ini, di mana pun kita berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun