Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hentikan Aksi Bakar Buku sebagai Bentuk Protes

31 Oktober 2024   13:37 Diperbarui: 31 Oktober 2024   13:40 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pedomanrakyat

Aksi pembakaran buku dalam konteks ketidaksetujuan terhadap pendapat seorang penulis seperti Najwa Shihab jelas merupakan tindakan yang tidak dibenarkan dalam demokrasi. Demokrasi menjunjung tinggi kebebasan berpendapat serta penghargaan terhadap perbedaan pendapat.

Di sisi lain, aksi ini adalah bentuk intoleransi yang menginjak-injak hak kebebasan berekspresi. Buku adalah manifestasi dari buah pikiran dan pengalaman hidup penulisnya. Setiap halaman menyimpan gagasan, pengetahuan, serta refleksi yang disusun dengan penuh kesungguhan. Menghargai buku berarti menghormati proses berpikir, penelitian, serta usaha penulis dalam menyajikan perspektif atau ilmu yang dapat membuka wawasan pembacanya.

Dengan menghargai buku, kita juga menghormati kebebasan berekspresi, yang merupakan fondasi penting bagi masyarakat demokratis. Setiap buku, baik yang sejalan dengan pendapat kita maupun tidak, memperkaya ruang diskusi dan mendorong pemikiran kritis. 

Membakar atau menghancurkan buku bukan hanya tindakan yang destruktif, tetapi juga mengabaikan hak intelektual penulis, serta merugikan perkembangan literasi dan budaya baca masyarakat.

 Tindakan seperti ini sama saja dengan melecehkan kapasitas intelektual penulis, bahkan bisa dianggap sebagai intimidasi terhadap penulis dan penerbit, serta mereka yang memiliki pandangan berbeda.

Aksi pembakaran buku seperti yang terjadi kali ini tidak boleh dibiarkan. Pembakaran buku adalah tindakan primitif yang tidak mencerminkan masyarakat beradab.

Ada banyak cara yang lebih sopan dan elegan dalam mengekspresikan ketidaksetujuan terhadap gagasan seseorang. Kritik dapat disampaikan melalui diskusi, penulisan artikel, atau ulasan tandingan, yang jauh lebih efektif dan cerdas.

Pada intinya, pembakaran buku lebih menggambarkan sikap intoleransi dan ketidakmampuan menerima pluralitas gagasan daripada menjadi kritik substantif terhadap isinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun