"Jika kamu tidak peduli pada politik, maka kamu akan terus ditundukkan oleh kekuatan luar yang tidak peduli dengan hidupmu,"
Hari ini, 20 Oktober 2024, merupakan hari penting bagi seluruh warga Indonesia. Di hari Ahad ini Prabowo Subianto dilantik menjadi presiden Republik Indonesia yang ke-8. Dengan demikian, hari ini pun terjadi transisi pemerintahan, dari presiden Joko Widodo ke presiden Prabowo Subianto. Saya menulis artikel ini pun sambil menyaksikan acara pisah sambut di satu stasiun televisi.
Pelantikan presiden ini dapat dikatakan puncak perhelatan kompetisi politik (Pilpres) yang berlangsung sejak bulan Oktober tahun lalu.
Bagaimanapun, puas tidak puas, Prabowo Subianto adalah presiden terpilih hasil agenda politik nasional.
Politik memang menjadi sentral dari segala sektor yang menangani urusan warga negara. Politik dapat mempengaruhi setiap aspek kehidupan kita. Sebagaimana kutipan Simone Weil di atas.
Sering kali, politik dianggap sebagai sesuatu yang hanya relevan bagi para elite atau mereka yang terlibat langsung dalam pemerintahan. Namun, realitanya jauh dari itu. Politik bukan sekadar urusan mereka yang berada di kursi kekuasaan, tetapi ia menyentuh setiap individu, di setiap lapisan masyarakat.
Maka, jika kita memilih untuk apatis, tidak peduli, kita secara tidak sadar menyerahkan kendali atas hidup kita kepada pihak lain, yang mungkin tidak memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan kita. Seperti yang pernah dikatakan oleh Plato, "Salah satu hukuman karena tidak mau terlibat dalam politik adalah bahwa kamu akan diperintah oleh orang-orang yang lebih rendah darimu."
Itu adalah peringatan bahwa ketidakpedulian kita bisa memberi ruang bagi kepemimpinan yang kurang kompeten, kurang bijak, dan tidak memperhatikan kepentingan umum.
Kebijakan yang dihasilkan dari proses politik berdampak langsung pada keseharian kita---mulai dari harga bahan pokok, sistem pendidikan, layanan kesehatan, hingga akses ke lapangan kerja. Setiap keputusan yang diambil di tingkat politik, baik lokal maupun nasional, menentukan arah kehidupan masyarakat.
Maka, dengan tidak peduli terhadap politik, kita memberi ruang bagi kekuatan eksternal untuk menentukan arah hidup kita tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan hak kita sebagai warga negara.