Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Berlayarlah dengan Selamat

3 Oktober 2024   09:24 Diperbarui: 3 Oktober 2024   09:25 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokpri, drawn by ai

Dunia ini ibarat samudra yang luas dan dalam. Segala yang kita butuhkan, dari yang paling sederhana hingga yang paling mewah, ada di dalamnya. Di dalam samudra itu pun, terdapat berbagai keinginan, hasrat, harapan, dan kenikmatan. Banyak yang terlena oleh gelombang hasrat duniawi, terseret arus yang tak selalu membawa mereka ke tujuan yang diinginkan. 

Namun, di balik itu semua, Allah telah menyediakan pengendali untuk menyelamatkan diri kita dari kerasnya kehidupan dunia ini. Alat itu adalah ketakwaan.

Bayangkan ketakwaan sebagai sebuah kapal yang kuat. Kapal ini dirancang khusus untuk menyeberangi samudra kehidupan dengan segala badai dan gelombangnya. Tanpa ketakwaan, kita mudah tenggelam dan terombang-ambing dalam kebingungan, kehilangan arah, dan bahkan tersesat dalam pusaran keinginan yang tak pernah habis. Kapal inilah yang membuat kita tetap teguh, membawa kita dengan aman menuju tujuan akhir, yaitu ridha Allah.

Kapal ini tak akan bisa berlayar sendiri. Kita membutuhkan sesuatu untuk menggerakkannya agar bisa menuju pelabuhan. Di sinilah keimanan memainkan perannya sebagai layar. Keimanan kita kepada Allah dan segala yang Dia tetapkan akan menjadi pendorong utama yang membuat kapal ketakwaan ini terus melaju. Dengan iman yang kuat, hati kita akan tetap yakin meski dunia di sekeliling bergolak. Bahkan saat angin badai kehidupan datang, layar iman lah yang akan menjaga kapal tetap bergerak maju, membawa kita ke arah yang benar.

Tetapi, kapal dan layar saja tidak cukup. Ada saat-saat di mana kita harus berhenti sejenak di tengah samudra, berdiam diri, dan meresapi perjalanan kita. Di sinilah kesabaran berperan sebagai jangkar. Jangkar ini berfungsi untuk menahan kapal agar tidak terbawa arus liar, dan memberikan waktu bagi kita untuk merenung, introspeksi, serta memperbaiki segala hal yang mungkin telah kita lupakan. Kesabaran mengajarkan kita untuk menahan diri di saat godaan dan kesulitan datang, menyisihkan waktu untuk berdiam diri, melihat kembali langkah-langkah yang telah kita ambil, dan memperbaiki arah bila perlu.

Kesabaran juga mengajarkan kita untuk memasrahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Dalam proses introspeksi, kita seringkali menyadari betapa terbatasnya kekuatan kita sebagai manusia. Kita hanyalah makhluk yang lemah, yang tak punya daya dan upaya selain atas izin-Nya. Kesadaran ini sangat penting karena sering kali kita merasa mampu mengendalikan segala sesuatu, padahal dalam kenyataannya, semuanya bergantung pada kehendak Allah. 

Saat kita berhenti sejenak dan bersabar, kita belajar untuk lebih rendah hati, mengakui ketidakberdayaan kita, dan menyerahkan hasil dari segala usaha kita kepada Sang Pencipta.

Memahami ketidakmampuan kita bukan berarti kita harus berhenti berusaha. Justru sebaliknya, ini mengajarkan kita untuk lebih ikhlas dalam menjalani hidup. Ketika kita sudah melakukan yang terbaik, kita serahkan hasilnya kepada Allah, yakin bahwa apa pun yang terjadi, itu adalah yang terbaik untuk kita. Dengan begitu, kita tak mudah putus asa atau kecewa saat harapan-harapan tak tercapai, karena kita tahu bahwa Allah punya rencana yang jauh lebih baik dari apa yang kita bayangkan.

Baca juga: Ngeluh? Capek, deh!

Ketika ketakwaan menjadi kapal yang menyelamatkan, keimanan sebagai layar yang menggerakkan, dan kesabaran sebagai jangkar yang menenangkan, maka perjalanan hidup kita akan terasa lebih ringan. Kita tak lagi khawatir dengan gelombang yang besar atau badai yang datang, karena kita sudah siap dengan perbekalan yang cukup. Bahkan di saat-saat terberat, kita tetap bisa merasa tenang karena yakin Allah selalu bersama kita.

Yang paling penting, kita harus selalu ingat bahwa hidup ini hanya sementara. Apa yang kita miliki sekarang hanyalah titipan, dan yang benar-benar penting adalah bagaimana kita menyiapkan diri untuk kehidupan yang abadi. Dengan ketakwaan, keimanan, dan kesabaran, kita bisa menjalani hidup ini dengan lebih baik, tanpa merasa terbebani oleh keinginan-keinginan yang sering kali menjerumuskan. Kita akan lebih fokus pada tujuan akhir, yaitu bertemu dengan Allah dalam keadaan yang diridhai-Nya.

Pada akhirnya, setiap langkah dalam hidup ini adalah sebuah ujian. Namun, dengan kapal ketakwaan yang kokoh, layar iman yang terbentang, dan jangkar kesabaran yang siap menahan kita di saat-saat yang diperlukan, insya Allah kita akan sampai pada pelabuhan keselamatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun