Menuju Penggunaan Media Sosial yang Ideal
Jadi, bagaimana seharusnya kita menyikapi media sosial?Â
Kuncinya adalah keseimbangan. Menurut psikolog klinis, Dr. Catherine Steiner-Adair, penting untuk mengatur waktu dan fokus ketika berhadapan dengan media sosial, jangan membiarkannya menguasai kita.
Pertama, kita harus mulai dengan menentukan batasan. Tidak semua informasi atau percakapan di media sosial perlu direspons seketika. Menyisihkan waktu untuk benar-benar hadir dalam interaksi offline adalah hal yang penting.
Kedua, gunakan media sosial sebagai sarana untuk belajar dan berkembang, bukan sekadar untuk hiburan atau validasi sosial. Manfaatkan peluang yang ditawarkan media sosial, seperti mengikuti kursus online, bergabung dalam komunitas yang mendukung, atau menemukan mentor yang tepat.
Ketiga, sadari dampak psikologis dari media sosial. Jika kita merasa mulai tertekan oleh apa yang kita lihat, itu adalah tanda bahwa kita perlu istirahat.
Terakhir, selalu ingat bahwa media sosial hanyalah alat, bukan cerminan dari siapa kita sebenarnya. Teknologi ada untuk membantu manusia, bukan untuk menggantikan nilai-nilai kemanusiaan. Media sosial harus bisa meningkatkan kualitas hidup, bukan merusaknya.
Sebagai kesimpulan, dalam menghadapi dunia yang semakin terkoneksi, penting bagi kita untuk bijak menggunakan media sosial. Gunakanlah media sosial sebagai alat untuk memperluas wawasan dan memperkuat hubungan yang sudah ada, bukan sebagai pengganti interaksi nyata yang mendalam dan bermakna. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Simon Sinek, "Perlakukan media sosial seperti sebuah pisau: berguna jika digunakan dengan benar, berbahaya jika disalahgunakan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H