Kedua di surat an-Naziat ayat ke-24.
"Faqola ana Robbukum al-a'la." (seraya berkata, 'akulah tuhanmu yang paling tinggi')
Dalam Tafsir Al-Mukhtashar di bawah pengawasan Syekh Shalih bin Abdullah bin Humaid dijelaskan, dalam ayat tersebut Firaun mengaku-aku sebagai Tuhan. Maka demikian Allah SWT menghukumnya dengan azab di dunia dan akhirat dan menjadikan kisahnya sebagai nasihat dan pelajaran bagi orang-orang yang membangkang sepertinya.
Demikian profil dan karakter dari Firaun. Mengetahui profil dan karakter pemimpin adalah bagian dari materi kepemimpinan yang harus dipelajari.
Selain mengetahui profil dan karakternya, dengan mengetahui kisah Firaun dalam al-Quran -- sebagai materi kepemimpinan -- kita pun akan mendapatkan banyak pelajaran.
Pelajaran dari Kisah Firaun
- Supaya sifat-sifat Firaun tidak ada dalam diri kita. Baik kita sebagai pemimpin maupun kita sebagai guru, ulama, ayah, suami, atau profesi-profesi lainnya.
- Supaya kita paham, bahwa di setiap zaman selalu ada penentang-penentang kebaikan, atau pendukung-pendukung kemaksiatan.
- Setiap pemimpin -- apalagi masa kekuasaannya lama -- akan cenderung menjadi pemimpin yang selalu berusaha mempertahankan kekuasaannya. Sekaligus selalu merasa terancam kedudukannya digoyang. Sehingga seringkali mengambil tindakan yang berlebihan. Seperti Firaun, yang paranoid, membunuh semua bayi laki-laki.
- Apa yang dilakukan Nabi Musa kepada Firaun mengajarkan kepada kita untuk mengingatkan (mengritik) dengan cara yang baik, tidak dengan merusak nama baiknya.
- Kesombongan adalah karakter utama Firaun, sampai dia berani menganggap dirinya Tuhan. Sehingga sifat sombong ini hal utama dan pertama yang harus dijauhi oleh seorang pemimpin.
Semoga artikel materi kepemimpinan ini bermanfaat untuk Anda, baik yang sedang ada dalam posisi seorang pemimpin maupun menjadi anggota biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H