Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Siapa Juara Sejati?

10 April 2024   10:39 Diperbarui: 10 April 2024   10:53 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokpri, drawn by ai

Tersebutlah dua orang atlet bulu tangkis sedang mengikuti Pelatnas atau pelatihan nasional, sebagai persiapan mengikuti kompetisi di arena Sea Games tahun depan.

Kedua atlet tersebut, sebut saja Budi dan Dudi, sama-sama bermain di nomor single putra. Keduanya menjadi andalan Timnas untuk meraih medali emas.

Selama Pelatnas yang dilaksanakan sebulan penuh, Budi dan Dudi masing-masing melakukan latihan bertanding melawan sparring partner yang beragam karakter.

Di akhir Pelatnas, Pelatih mengevaluasi semua pemain, termasuk Budi dan Dudi. Dari catatan Pelatih, Budi menunjukkan hasil yang menggembirakan. Dari seratus kali sparring partner, Budi hanya kalah enam kali.

Sementara Dudi, dari seratus kali sparring partner dengan lawan yang sama yang dihadapi Budi, mengalami kekalahan 18 kali. Hasil yang kurang menggembirakan Pelatih. 

Melihat prestasi keduanya selama Pelatnas, Pelatih menilai Budi yang akan meraih medali emas, sementara Dudi cukup diberi target medali perunggu.

Hanya kalah enam kali dari seratus pertandingan, Pelatih pun tak ragu menunjuk Budi sebagai atlet unggulan pertama. Sedangkan Dudi, yang kalah 18 kali dari seratus pertandingan, ditempatkan menjadi atlet unggulan kedua. Keputusan yang realistis.

Tibalah kemudian mereka di pertandingan sesungguhnya di arena Sea Games.

Sebagai pemain unggulan pertama, Budi menjadi pemain pertama yang bertanding. Menghadapi lawan yang cukup tangguh Budi cukup kewalahan. Akhirnya, Budi pun harus mengakui kekalahannya.

Giliran Dudi, sebagai pemain kedua, maju untuk bertanding. Di awal pertandingan, Dudi terlihat keteteran menghadapi lawannya. Namun, berkat keuletan dan kesabarannya, Dudi akhirnya sanggup mengalahkan lawannya.

Kekecewaan Pelatih karena kekalahan Budi terobati oleh kemenangan Dudi.

Pertanyaannya adalah, siapa yang layak disebut juara, Budi yang berprestasi selama Pelatnas? atau Dudi yang prestasinya di Pelatnas biasa-biasa saja, tapi menang di pertandingan di Sea Games?

Saya yakin, Anda semua memilih Dudi yang pantai disebut juara.

Kenapa? 

Karena Dudi menang di arena sesungguhnya, sementara Budi menang - atau menjadi juara - di arena virtual, atau bukan sesungguhnya.

Beratus kemenangan pun di arena virtual tidak artinya kalau kalah di arena sesungguhnya.

Sebaliknya, tak mengapa kalah di arena virtual, asal menang di arena sesungguhnya. Dan itulah yang layak disebut sebagai juara.

Cerita di atas tentu saja cerita fiksi, walaupun mungkin saja terjadi. Yang saya sampaikan dalam artikel ini berkaitan dengan bulan Ramadan yang baru saja berakhir.

Salah satu nama dari bulan Ramadan adalah Syahru at-Tarbiyah atau bulan latihan. Sehingga cocok kalau diibaratkan sebagai Pelatnas selama sebulan. Dan pertandingan sesungguhnya ada di sebelas bulan lainnya.

Di bulan Ramadan kemarin banyak yang menjadi juara. Ada yang bisa khatam baca al-Quran 2-3 kali. Ada sanggup menunjukkan kejujuran, tidak makan/minum walaupun tidak ada yang melihat.

Ada pula yang selalu salat berjamaah di masjid, ada yang full sebulan melaksanakan salat malam (salat tarawih), ada yang sanggup menahan mulut dari bergosip. Dan prestasi-prestasi yang lainnya.

Apakah mereka layak disebut juara?

Belum tentu!

Mengapa? 

Untuk meraih titel juara sejati, mereka harus mampu menang di pertandingan sesungguhnya, di sebelas bulan setelah Ramadan; Syawal, Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram, dan seterusnya.

Mereka harus dapat mempertahankan apa yang diraih (ibadah) selama bulan Ramadan, di sebelas bulan berikutnya.

Namun kalau baca al-Quran sesempatnya, salat berjamaah ke masjid jarang, salat malam kadang-kadang, bergosip dan berdusta menjadi kebiasaan lagi, maka mereka akan seperti Budi, yang hanya menang saat latihan. Sehingga tidak layak disebut juara.

Lebih baik menjadi Dudi, yang biasa-biasa saja selama Pelatnas, tapi menang di pertandingan sesungguhnya.

Tentu idealnya, juara di Pelatnas sekaligus juara juga di pertandingan sesungguhnya.

Semoga kita diberi kekuatan untuk mempertahankan prestasi selama bulan Ramadan di sebelas bulan berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun