Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Munculnya Si Pedang Allah

27 Maret 2024   10:04 Diperbarui: 27 Maret 2024   10:43 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Madinah, 8 tahun setelah Hijrah.

"Rasulullah marah!" Ayub berkata demikian seraya duduk di antara sahabat-sahabatnya yang sedang menunggu waktu salat.

"Apakah karena perlakuan Raja Ghasan terhadap Harits bin Umair?" tanya Suhail yang duduk di sebelah kanan Ayub.

Baca juga: Mengomeli Allah

"Tentu saja. Membunuh utusan Nabi sama dengan mengajak perang. Itu sebuah penghinaan," jawab Ayub.

Madinah geger, tersiar kabar, Harits bin Umair yang diutus oleh Rasulullah SAW untuk menyampaikan surat dakwah kepada Raja Ghasan dibunuh. Padahal sudah menjadi aturan tidak tertulis -- di mana pun -- seorang utusan tidak boleh dicederai, apalagi sampai dibunuh.

"Lalu apa tindakan Rasulullah?" tanya Mas'ud.

Baca juga: Kita dan Allah Swt

"Kudengar Rasulullah akan mengirim pasukan untuk meminta pertanggungjawaban Raja Ghasan," jawab Ayub. "Kita harus bersiap, Rasulullah menginginkan sebanyak mungkin yang berangkat."

Beberapa hari kemudian. Rasulullah SAW memberangkatkan tiga ribu pasukan untuk berperang melawan pasukan Romawi. Karena jumlah unta terbatas terpaksa pasukan Muslim bergantian naik unta. Satu unta dinaiki oleh 3 atau 4 orang bergantian.

"Aku dengar Rasulullah menunjuk tiga orang sekaligus untuk memimpin perang ini," kata Suhail.

"Bukan menunjuk tiga sekaligus. Beliau menunjuk Zaid bin Haritsah, tapi beliau berpesan, jika Zaid bin Haritsah gugur maka penggantinya adalah Ja'far bin Abi Thalib, dan apabila Ja'far juga gugur, maka penggantinya Abdullah bin Rawahah." Ayub memberi penjelasan.

Ketika pasukan Muslim sampai di daerah Ma'an, terdengar berita bahwa Heraklius, Kaisar Romawi telah mempersiapkan 100 ribu pasukannya. Selain itu, kaum Nasrani dari beberapa suku Arab pun telah siap dengan jumlah yang sama, sehingga total 200 ribu orang.

Mendengar kabar yang demikian, muncul keraguan di sebagian pasukan Muslim. Bagaimana mungkin akan menang tiga ribu melawan 200 ribu.

Mengetahui demikian, 'Abdullah bin Rawahah lantas mengobarkan semangat pasukan Muslim, "Demi Allah, sesungguhnya perkara yang kalian tidak sukai ini adalah perkara yang kamu keluar mencarinya, yaitu syahadah. Kita itu tidak berjuang karena karena jumlah pasukan atau kekuatan. Kita berjuang untuk agama ini yang Allah Azza wa Jalla telah memuliakan kita dengannya. Bergeraklah. Hanya ada salah satu dari dua kebaikan: menang atau gugur (syahid) di medan perang."

Zaid bin Haritsah, panglima pertama yang ditunjuk Rasulullah kemudian membawa pasukan ke wilayah Mu'tah. Pertempuran berlangsung sengit. Zaid bin Haritsah gugur dalam pertempuran ini. Komando kemudian dipegang oleh Ja'far bin Abi Thalib. Ja'far menunjukkan keberanian luar biasa dengan mengayunkan panji Islam dengan satu tangannya setelah tangan kanannya terputus. Ja'far pun gugur dalam pertempuran ini. Komando selanjutnya dipegang oleh Abdullah bin Rawahah. Namun, Abdullah bin Rawahah pun gugur menyusul Zain bin Haritsah dan Ja'far bin Abi Thalib.

Ketiga panglima perang yang ditunjuk oleh Rasulullah telah gugur. Pasukan Muslim dilanda kebingungan, siapa selanjutnya yang harus memimpin perang. Sampai kemudian Tsabit bin Arqam maju mengambil bendera Islam dan menyerahkannya kepada Khalid bin Walid seraya berkata, "Ambillah wahai Khalid. Sebab engkau yang lebih tahu mengenai strategi dalam perang dan tahu tentang muslihat peperangan. Dan demi Allah, aku tidak akan mengambilnya kecuali aku serahkan kepadamu!"

Tsabit bin Arqam lalu berteriak ke arah pasukan muslim, "Bersediakah kalian wahai pasukan muslimin berada di bawah pimpinan Khalid?"

"Allahu Akbar!" jawab pasukan Muslim tanda setuju.

Khalid bin Walid sebenarnya belum lama menjadi Muslim. Namun, semua orang sudah tahu siapa Khalid. Dia lah yang memimpin pasukan berkuda Quraisy yang hampir mengalahkan pasukan Muslim saat di perang Uhud.

"Apa strategimu, Khalid?" Abdurrahman bertanya.

"Bagaimanapun kalau dipaksakan melawan pasukan sebanyak itu, pasukan kita akan banyak yang gugur. Kita harus mundur," jawab Khalid.

"Tapi pasukan Romawi tak akan diam, mereka pasti mengejar kita. Sama saja akan banyak pasukan kita yang gugur."

"Kita harus mundur tanpa disadari mereka. Kita harus nampak tetap semangat berperang melawan mereka. Setelah beberapa hari berperang pasti muncul rasa takut dalam hati pasukan Romawi. Kalau tidak, mereka sudah dapat mengalahkan di hari pertama atau kedua. Oleh karenanya kita harus memanfaatkan ketakutan tersebut."

"Caranya?"

"Malam nanti, saat gencatan senjata, buat keriuhan di perkemahan kita. Buat suasana yang hiruk-pikuk, supaya pasukan Romawi di perkemahannya mengira kita kedatangan tambahan pasukan baru. Lalu esoknya, saat kembali berperang. Pindahkan pasukan kita yang ada di sisi kiri ke sisi kanan, begitupun sebaliknya. Dan pasukan yang ada di belakang berpindah ke depan, yang depan pindah ke belakang."

"Untuk apa?"

"Dengan demikian pasukan Romawi yang berada di sisi kiri maupun kanan akan menghadapi pasukan kita yang sebelumnya tidak berhadapan dengan mereka. Begitupun pasukan yang di depan. Jadi, mereka akan mengira pasukan yang dihadapi adalah pasukan kita yang baru datang."

Apa yang diperkirakan Khalid terbukti. Pasukan Romawi yang berada di sayap kanan maupun kiri sekarang menghadapi pasukan Muslim yang 'baru'. Begitupun pasukan yang di garis depan. Strategi Khalid yang brilian itu mengakibatkan pasukan musuh mengira kaum muslimin mendapat tambahan pasukan baru. Ketakutan mereka pun bertambah. Tanpa pasukan tambahan saja mereka tidak sanggup mengalahkan pasukan Muslim.

Dalam kondisi pasukan Romawi ketakutan, Khalid pelan-pelan menarik mundur pasukan Muslim. Pasukan Romawi menyadari bahwa pasukan Muslim mundur, tapi mereka tidak mau mengambil risiko untuk mengejar. Mereka takut, pasukan Muslim sengaja akan menjebak mereka.

Pasukan Muslim pun berhasil mundur dan kembali ke Madinah. Dalam perang Mu'tah ini pasukan Muslim tercatat hanya 12 orang. Strategi Khalid bin Walid pun mendapat pujian dari Rasulullah SAW.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun