"Kita harus mundur tanpa disadari mereka. Kita harus nampak tetap semangat berperang melawan mereka. Setelah beberapa hari berperang pasti muncul rasa takut dalam hati pasukan Romawi. Kalau tidak, mereka sudah dapat mengalahkan di hari pertama atau kedua. Oleh karenanya kita harus memanfaatkan ketakutan tersebut."
"Caranya?"
"Malam nanti, saat gencatan senjata, buat keriuhan di perkemahan kita. Buat suasana yang hiruk-pikuk, supaya pasukan Romawi di perkemahannya mengira kita kedatangan tambahan pasukan baru. Lalu esoknya, saat kembali berperang. Pindahkan pasukan kita yang ada di sisi kiri ke sisi kanan, begitupun sebaliknya. Dan pasukan yang ada di belakang berpindah ke depan, yang depan pindah ke belakang."
"Untuk apa?"
"Dengan demikian pasukan Romawi yang berada di sisi kiri maupun kanan akan menghadapi pasukan kita yang sebelumnya tidak berhadapan dengan mereka. Begitupun pasukan yang di depan. Jadi, mereka akan mengira pasukan yang dihadapi adalah pasukan kita yang baru datang."
Apa yang diperkirakan Khalid terbukti. Pasukan Romawi yang berada di sayap kanan maupun kiri sekarang menghadapi pasukan Muslim yang 'baru'. Begitupun pasukan yang di garis depan. Strategi Khalid yang brilian itu mengakibatkan pasukan musuh mengira kaum muslimin mendapat tambahan pasukan baru. Ketakutan mereka pun bertambah. Tanpa pasukan tambahan saja mereka tidak sanggup mengalahkan pasukan Muslim.
Dalam kondisi pasukan Romawi ketakutan, Khalid pelan-pelan menarik mundur pasukan Muslim. Pasukan Romawi menyadari bahwa pasukan Muslim mundur, tapi mereka tidak mau mengambil risiko untuk mengejar. Mereka takut, pasukan Muslim sengaja akan menjebak mereka.
Pasukan Muslim pun berhasil mundur dan kembali ke Madinah. Dalam perang Mu'tah ini pasukan Muslim tercatat hanya 12 orang. Strategi Khalid bin Walid pun mendapat pujian dari Rasulullah SAW.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H