Oya, yang saya maksud utang di sini adalah utang konsumtif, ya. Utang untuk memenuhi keinginan kita, yang sebenarnya kita tidak/belum membutuhkannya. Bukan utang untuk modal usaha.Â
Mengapa?Â
Di era medsos saat ini, di mana setiap orang berlomba melakukan flexing, membuat setiap orang ingin meniru tanpa melihat kemampuan diri. Dipermudah dengan fasilitas paylater atau pinjol. Di situlah pintu masuk masalahnya.Â
Lalu masalahnya apa dengan utang?Â
Sebelumnya perlu diingat artikel ini ditulis untuk memotivasi saya sendiri untuk menghindari utang.
Ternyata utang itu bukan masalah ringan, saudara.Â
Ada satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda,Â
"Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki utang satu dinar atau satu dirham, maka utang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham." (HR. Ibnu Majah no. 2414. )
Rugi sekali, ya. Pahala yang kita dapat dengan ibadah dan beramal saleh, harus kita berikan kepada orang lain sebagai pembayar utang.Â
Di hadis lain, dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda,
"Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan utangnya hingga dia melunasinya." (HR. Tirmidzi no. 1078)