"Semua oke, kan, Pak?" tanya Sumenikmati senang. Padahal semula jantungnya dag-dig-dug takut kena tilang.
Sukardinas mengangguk tapi tidak segera menyerahkan STNK dan SIM Bu Menik. Muncul keinginannya untuk mengusili Sukmenikmati.
"Semua lengkap, surat-surat OK, tapi ada satu kesalahan Ibu, sehingga terpaksa harus kami tilang." Berkata demikian Sukardinas sambil memperhatikan wajah Sumenikmati.
"Hah! Kesalahan apa, Pak? Kan, semua lengkap," bantah Menik.
"Maaf, Bu Menik. Kesalahannya ada di ibu. Ibu mengendarai motor Honda tapi memakai jaket Suzuki. Itu pelanggaran," jelas Sukardinas sambil mengeluarkan buku tilang.
"Jadi ... jadi, saya ditilang, Pak?"
"Dengan terpaksa, Bu!" jawab Sukardinas, sekarang sambil mengambil ballpoint dari saku kanannya.
Baru saja Sukardinas mau mencatat di buku tilang, tiba-tiba Sumenikmati berkata. "Tahan dulu, Pak! Kalau gara-gara saya pakai jaket tidak sama dengan merek motor, saya dianggap melanggar. Berarti bapak juga telah melakukan pelanggaran."
"Hah, pelanggaran apa saya, Bu?" Sukardinas kaget.
"Itu ...." Sumenikmati menunjuk ballpoint yang dipegang Sukardinas. "Bapak, kan, polisi tetapi kenapa pulpennya merek pilot? Pelanggaran itu!"
Untuk beberapa jenak Sukardinas tertegun memperhatikan ballpoint yang dipegangnya. Lalu, "Silahkan, Bu Menik, melanjutkan perjalanannya, semoga selamat sampai rumah." Sukardinas menyerahkan STNK dan SIM Bu Menik sambil tersenyum.