Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Langkah Gegabah Abrahah (3)

3 Juli 2023   11:14 Diperbarui: 3 Juli 2023   11:22 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasukan gajah/sumber: okezone

Keesokan harinya, Abrahah Al-Asyram mempersiapkan pasukannya untuk segera bergerak ke Makkah, untuk menghancurkan Kakbah. Semua pasukan telah siaga. Termasuk pasukan gajah. Seluruhnya menunggu aba-aba untuk maju.

Di saat Abrahah menyiapkan pasukan, tanpa sepengetahuannya, seorang Quraisy bernama Nufail bin Habib Al-Khats'ami, berjalan mendekati gajah yang paling besar, yang diberi nama Mahmud.

Nufail kemudian memegang kuping gajah itu, lalu berbisik, "Duduklah, wahai Mahmud, atau pulanglah dengan damai ke tempatmu semula. Karena sesungguhnya engkau sekarang berada di tanah haram!"

Mendengar bisikan Nufail bin Habib Al-Khats'ami itu, gajah bernama Mahmud pun duduk. Sementara Nufail segera meninggalkan tempat itu dengan sembunyi-sembunyi.

Saat perintah untuk bergerak diteriakkan, gajah itu tidak mau berdiri. Abrahah menyuruh petugas yang menuntun untuk memaksanya berdiri. Namun, walaupun dengan berbagai cara, cara halus dan cara kasar, gajah bernama Mahmud itu tetap duduk, menolak untuk berdiri.

Anehnya, saat diarahkan ke arah Yaman, gajah itu langsung berdiri dan berlari. Begitupun ketika diarahkan ke Syam. Tapi saat kembali diarahkan ke Makkah, gajah itu langsung duduk. Jangankan berlari, berdiri pun tidak mau.

Akhirnya diputuskan, pasukan tetap bergerak menuju Makkah. Namun, baru beberapa langkah Abrahah dan pasukannya berjalan, dari arah laut terlihat ribuan burung terbang mendekati pasukan Abrahah. Banyaknya burung-burung itu sampai membuat langit menjadi gelap.

"Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?"

"Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?"

"Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong."

"Yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar."

"Sehingga Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)." (QS. Al-Fiil)

Rupanya itu adalah burung yang dikirim Allah swt untuk menghukum Abrahah dan pasukannya. Burung-burung itu masing-masing membawa tiga buah batu, satu di paruhnya dan dua di kedua kakinya. Batu-batu yang sangat panas.

Setelah berada di atas pasukan Abrahah burung-burung itu menjatuhkan batu-batu yang dibawanya. Batu-batu panas itu pun menimpa pasukan Abrahah. Saat menyentuh tubuh pasukan Abrahah, saking panasnya, batu-batu itu masuk menembus kulit dan daging orang yang dikenainya, sampai batu itu berhenti di atas tanah.

Hanya sebagian kecil dari pasukan Abrahah yang berhasil melarikan diri, tidak terkena batu panas.

Nufail bin Habib Al-Khats'ami, yang bersembunyi di balik bukit, begitu melihat kekacauan yang dialami Abrahah dan pasukannya, dia bersyair.

"Di manakah gerangan tempat berlindung dari Allah yang menuntut? 

Dan Abrahah Al-Asyram yang menjadi pecundang dan bukan pemenang."

Pasukan Abrahah yang terkena batu, tewas seketika dengan tubuh berlubang-lubang, seperti daun yang dimakan ulat.

Kakbah pun selamat. Diselamatkan oleh pemiliknya, sebagaimana yang diucapkan Abdul Muthalib di hadapan Abrahah.

Sementara itu, sisa pasukan Abrahah yang berhasil meloloskan diri tidak kembali ke Yaman. Mereka tinggal di Makkah dan menjadi budak para pemuka Quraisy.

Setelah Islam datang, beberapa orang dari mereka masuk Islam dan menjadi pengikut Nabi Muhammad. Mereka itu di antaranya, Bilal bin Rabbah, Abu Rafi', Amir bin Fuhairah, Wahsy, dan Shu'ab.

Kegagalan pasukan gajah yang dipimpin Abrahah, telah mengangkat wibawa Makkah dan penduduknya, khususnya Bani Quraisy.

Penduduk Makkah pun semakin yakin, bahwa Kakbah adalah bangunan mulia, suci, yang harus dijaga dan dilindungi.

Ref.

Sirah Nabawiyah, Ibnu Hisyam, penerbit Darul Falah.

Sejarah Kakbah, Prof.Dr. Ali Husni al-Kharbuthli, penerbit Turos

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun