Jum'at kemarin rupanya menjadi hari yang paling istimewa. Beberapa momen ada di hari tersebut. Hari Kartini, Hari Raya Iedul Fitri bagi warga Muhammadiyah, hari terakhir Ramadan yang meyakini lebaran hari Sabtu, dan penetapan Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden (Capres).
Mengapa penetapan Ganjar menjadi Capres disebut istimewa?
Pertama, ini merupakan angin segar yang akan menghilangkan polarisasi yang terjadi di masyarakat Pasca Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019. Sejak itu sampai sekarang masyarakat kita seolah terbelah dua, dengan sebutan yang tenar di media sosial; Cebong dan Kampret.
Ancaman polarisasi akan terus berlanjut saat baru muncul 2 kandidat Capres untuk Pemilu 2024 nanti, yaitu Anies Baswedan dan Prabowo Soebianto. Bahkan perang opini di medsos antara pendukung Anies dan Prabowo (pemerintah) sudah mulai, bahkan sudah ramai.
Makan, munculnya nama Ganjar di perhelatan Pilpres -- apalagi kalau muncul lagi nama lain -- memberi pilihan lebih banyak kepada masyarakat untuk didukung, dan akan memecah kubu Cebong maupun Kampret. Walaupun peluang polarisasi terjadi lagi tetap ada, jika nanti Pilpres harus 2 putaran. Karena tidak ada yang meraup suara 50% + 1 di putaran pertama.
Kedua, saya menganggap istimewa karena keberanian ditunjukkan Megawati. Sebagaimana diketahui, PDIP itu ididentik dengan keluarga (trah) Soekarno, dalam kepemimpinannya maupun dalam pengambilan kebijakan partai. Terbukti, sampai saat ini pun keputusan partai hanya ada di tangan Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri.
Penunjukkan Ganjar jadi Capres -- sekaligus mengorbankan Puan tidak jadi Capres -- sepertinya juga akan mengakhiri trah Soekarno di tubuh parpol berlogo banteng ini. Tidak bermaksud merendahkan Puan Maharani, posisinya sebagai keturunan Soekarno tidak sekuat ibunya, Megawati. Bahkan boleh dibilang 'saat ini Puan dihormati karena masih ada ibunya'.
Kenapa trah Soekarno akan ' hilang'? Patokannya usia Megawati. Beliau saat ini berusia 76 tahun (lahir 23 Januari 1947). Kalaupun usia Megawati sampai Pilpres berikutnya (2029), maka usianya akan 81 tahun. Usia yang tidak lagi dapat memimpin sebuah parpol yang besar. Usia di atas 80 tahun tidak lagi akan mampu menghasilak keputusan yang bernas.
Apalagi kalau -- maaf -- usia Megawati tidak sampai ke Pilpres 2029, maka harapan Puan Maharani menjadi Capres (sekaligus Ketua Umum?) sangat kecil, bahkan tidak ada. Saat itulah -- menurut saya -- Trah Soekarno berakhir. Maka, saya menganggap keputusan Megawati ini sangat berani. Walaupun keputusan ini sangat rasional mengingat elektabilitas Puan sangat minim.
Ketiga, hadirnya Jokowi dalam penunjukkan  Ganjar oleh Megawati, tentu saja artinya Jokowi mendukung keputusan Megawati. Bahkan mungkin 'usulan' dari beliau juga. Dan ini menunjukkan Jokowi sedang berdiri di belakang dua Capres. Karena sebelumnya, dalam beberapa kegiatan, terlihat beliau mendukung Prabowo sebagai Capres. Silahkan menilai, apakah Jowowi -- dengan posisinya itu -- menunjukkan sebagai orang yang pintar, atau plin-plan?
Keempat, penunjukkan Ganjar otomatis merombak 3 kubu (koalisi) yang sudah terbentuk. Yaitu Koalisi Perubahan (Nasdem, Demokrat, dan PKS) yang menunjuk Anies Baswedan sebagai Capres, Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar, PAN, dan PPP) yang menunjuk siapa Capresnya, dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (Gerindra dan PKB) dengan Prabowo sebagai Capresnya.
Karena belum memutuskan siapa yang akan jadi Capres, maka dengan definitifnya Ganjar ditunjuk oleh PDIP, besar kemungkinan Koalisi Indonesia Bersatu akan berakhir alias bubar. Kemudian, entah mereka akan merapat kemana, ke Anies kah, ke Prabowo kah, atau ke Ganjar.
Kita tunggu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H