Telah dijelaskan di atas masing-masing menggunakan metode yang dibenarkan oleh agama. Jadi keputusan keduanya dapat diikuti. Anda dapat melaksanakan salat Iedul Fitri hari Jumat atau Sabtu. Tidak perlu perbedaan ini dibesar-besarkan atau dijadikan bahan pertentangan.
Bagi warga Muhammadiyah, jelas harus mengikuti keputusan organisasinya. Begitupun warga NU. Dan bagi Muslim yang secara organisasi tidak terikat kepada kedua ormas itu, dapat mengikuti keputusan pemerintah (ulul amri).
Allah Swt berfirman,
"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ululamri (pemegang kekuasaan) di antara kamu."Â (QS. An-Nisa: 59)
Menurut para ahli tafsir, ulul amri berarti ulama, ahli fikih, atau penguasa. Mekanisme penetapan awal Ramadan dan Syawal dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan para ulama dan ahli fikih. Seorang muslim tidak boleh menentukan awal Ramadan dan Syawal berdasarkan kehendaknya sendiri karena harus merujuk pada ulama yang memegang otoritas dalam persoalan ini. Allah Swt. berfirman,
"Maka, bertanyalah kepada orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Anbiya: 7)
Mengutamakan Kebersamaan dalam Beragama
Pilihan kita selaku Muslim yang tidak terikat kedua organisasi, Muhammadiyah dan NU, hendaknya didasarkan atas pilihan yang mengutamakan kebersamaan (i'tilaf),bukan mencari-cari kenyamanan semata (tatabbu' al-rukhash wa al-hiyal), dan tidak cenderung memperbesar perbedaan pendapat (ikhtilaf).
Jadi silahkan, Anda mau lebaran Jumat atau Sabtu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H