Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Membimbing Anak Kita Mencari Jati Diri

15 Maret 2023   16:33 Diperbarui: 15 Maret 2023   16:45 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi remaja depresi mencari jati diri/sumber:lifestyle-kompas

Menyedihkan sekali membaca berita di media online detiknews, 12 Maret 2023 kemarin. '52 Pelajar Bengkulu Sayat Tangan Sendiri, Alasannya Bikin Miris', demikian judul berita tersebut.

Disebutkan bahwa -- menurut keterangan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkulu Utara, Fahruddin - mereka melakukan itu karena terpengaruh konten TikTok.

Saya tidak tahu content-nya bagaimana video pendek di tiktok tersebut, sehingga mampu menghinoptis puluhan siswa untuk menyayat tangan sendiri.

Setelah dilakukan penyelidikan lanjutan oleh Polisi, diketahui ternyata selain mengikuti tren media sosial, aksi menyayat tangan itu dilakukan karena para siswa sedang mencari jati diri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, arti jati diri adalah 'keadaan atau ciri khusus seseorang; identitas'.

Jadi, ke-52 siswa itu sedang mencari identitas.

Tentu saja, kasus yang terjadi di Bengkulu cukup membuat khawatir para orangtua yang memilik putra-putri usia remaja. Khawatir anak-anak mereka pun salah Langkah dalam mencari jati diri (identitas).

Lalu, harus bagaimana kita mengarahkan anak-anak remaja kita supaya tidak melakukan hal-hal tidak benar dalam proses mencari identitasnya?

Yang terutama adalah harus memahami bagaimana idealnya proses pencarian jati diri tersebut, kemudian mengarahkan anak-anak remaja kita sesuai yang kita pahami tersebut.

Proses mencari jati diri ini memang dapat menjadi sulit karena remaja sering mengalami tekanan dari berbagai sumber seperti keluarga, teman, dan masyarakat umum. Namun, mencari jati diri adalah penting karena dapat membantu seseorang memahami nilai-nilai, minat, dan potensi mereka.

Berikut ini beberapa hal yang perlu dilakukan seorang remaja dalam mencari jati diri.

Kenali dirimu sendiri

Proses mencari jati diri dimulai dengan mengenal diri sendiri. Remaja harus memahami apa yang mereka sukai, apa yang tidak sukai, nilai-nilai yang mereka anut, serta kekuatan dan kelemahan mereka. Proses ini melibatkan introspeksi dan refleksi yang lebih dalam. Orangtua harus berdiskusi dengan putra-putrinya untuk membicarakan ini.

Cari pengalaman baru

Setelah mengenal diri sendiri, anjurkan anak remaja kita untuk mencari pengalaman baru. Misdalnya dengan ikut klub olahraga, atau melakukan hobi baru, atau bergabung dengan komunitas baru yang positif. Dengan pengalaman baru tersebut  diharapkan mereka dapat mengeksplorasi diri mereka sendiri dan menemukan hal-hal yang mereka sukai dan yang tidak mereka sukai.

Tetap terbuka dan fleksibel

Mencari jati diri adalah proses yang berkelanjutan dan tidak pernah berakhir. Ajak anak-anak remaja kita untuk selalu terbuka dan fleksibel terhadap perubahan. Mereka mungkin menemukan bahwa minat dan nilai-nilai mereka berubah seiring waktu, dan itu hal yang normal. Oleh karena itu, penting untuk terus mengeksplorasi dan mencari tahu diri mereka sendiri.

Terlibat dalam diskusi

Selain dengan orangtua, sarankan anak-anak remaja kita juga terlibat dalam diskusi dengan orang lain untuk membantu mereka mencari jati diri. Bisa dengan teman sebaya, dengan pelatih di klub olahraga, atau dengan mentornya. Dengan memperbanyak diskusi -- dengan orangtua dan/atau orang lain -- dapat membantu anak remaja kita memahami pandangan orang lain dan memperluas cara pandang mereka. Diskusi juga dapat membantu mereka memperoleh wawasan yang mungkin belum pernah mereka alami atau ketahui sebelumnya.

Namun, yang terpenting adalah sikap bijak orangtua dalam menghadapi sikap atau perilaku anak remajanya. Jangan gampang panik saat si anak melakukan atau bersikap yang aneh menurut orangtua. Jangan grusa-grusu dalam menegur mereka, saat melihat mereka berperilaku 'aneh' tersebut. Kemarahan yang ditunjukkan orangtua kadangkala memunculkan sikap perlawanan mereka. Alih-alih mereka menuruti nasihat orangtua, yang ada menunjukkan sikap perlawanan yang lebih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun