Tragis sekali nasib yang dialami Rafael Alun Trisambodo. Akibat ulah anaknya, Mario Dandy Satrio, dia harus dinonjobkan dari jabatannya sebagai eselon III Kabag Umum Kanwil Ditjen Pajak Jakarta Selatan II.
Sekarang ini dunia digital. Jejak digital selalu ditelusuri oleh orang-orang 'yang haus informasi tambahan'. Dan banyak yang bilang, 'jejak digital itu kejam, bro!'.
Bermula dari kasus penganiayaan Mario terhadap David, yang kebetulan juga anak seorang tokoh. Cerita (berita) pun bergulir tak terbendung.
Bermula dari 'pamer' anaknya yang pakai Rubicon, maka netizen (wartawan) pun terpancing kepenasarannya. Terbukalah, anak siapa si Mario ini. apa yang dimiliki ayah si Mario, dll, dll.
Akhirnya bermuara ke Nasib tragis tadi. Dan itu jelas belum berakhir. 'Kekayaan tidak wajar' yang dimilikinya mengundang KPK dan PPATK untuk mengendus lebih dalam lagi.
Apa yang dialami Rafael Alun Trisambodo adalah hanyalah satu efek negatif dari hobi pamer kekayaan.
Memang, manusiawi kalau seseorang senang memperlihatkan apa yang dimilikinya. Apalagi yang dimilikinya itu tidak atau sedikit yang memilikinya. Hadirnya media-sosial dan gadget berkamera, menumbuh sumburkan rasa senang itu menjadi hobi.
Padahal banyak efek negatif dari pamer kekayaan itu. Berikut adalah beberapa efek negatif dari pamer kekayaan:
1. Mengundang Pencurian.
Secara tidak langsung, seolah, yang pamer itu bilang, 'Hey lihat! Gua punya ini, ini, dan ini'. Saat krisis ekonomi seperti sekarang, saat banyak orang yang nekat demi isi perut, informasi yang disampaikan melalui pamer kekayaan itu menjadi bagi mereka untuk melakukan aksi kejahatan.