Pertengahan 2038
"Selamat pagi Tuan! Hari yang cerah berpergian." Baru saja aku membuka pintu sebelah kiri, si Cleverly Car menyapa dengan suara empuknya. Aku memang telah mengatur keempuknya suaranya sejak dua hari yang lalu, karena sudah mulai bosan dengan suaranya yang mirip suara Syahrini.
"Pagi juga, Verly!" Aku menjawab bersamaan dengan jatuhnya pantatku di jok berlapis kulit imitasi.
"Sepertinya kali ini Tuan sedang tidak ingin mengendarai sendiri, ya?" tanya si Cleverly. Rupanya logika dia bekerja setelah mengetahui aku duduk di jok kiri. Bukan di jok kanan, di mana letak setir berada.
"Iya! Aku ada pekerjaan yang belum kuselesaikan. Kau saja yang nyetir," jawabku seraya menyalakan notebook dan membuak file laporan yang perlu ku edit.
"Baik, Tuan. Kemana tujuan kita, kali ini?"
"Ke kantor pusat," jawabku singkat tanpa menjeda kedua tanganku yang bekerja mengetik.
"Baik, Tuan. Apakah kita akan melewati rute yang biasa, atau rute yang lain?"
"Cari rute yang tercepat sampai saja."
Beberapa saat kemudian Muskee Biruku bergerak mundur keluar dari garasi. Beberapa menit kemudian sudah memasuki jalan utama dengan kecepatan yang membuat nyaman aku yang sedang bekerja.