"Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa,) "Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam menghadapi kaum kafir." (QS. Al-Baqarah: 286)
Kalimat pertama ayat di atas adalah janji Allah swt. bahwa Dia tidak akan membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Jadi, seberat atau sebesar apa pun musibah yang kita hadapi, Allah sudah atur, kita akan sanggup mengatasinya. Hanya hambatan dalam diri, berupa sikap pesimis, mudah menyerah, gampang mengeluh, yang membuat kita merasa tidak sanggup.
Kuncinya adalah yakin. Yakin bahwa Allah Mahaadil. Seyakin kita pada guru anak kita, yang kelas 3 SD, bahwa dia tidak akan memberi soal kelas 4 atau kelas 5 dalam kenaikan kelas.
Kita pun harus yakin bahwa Allah Maha Penyayang, semakin kita pada guru yang pasti juga menyangi anak kita sebagai muridnya. Tidak ada guru yang ingin muridnya tidak naik kelas.
Dan kita pun harus yakin bahwa di balik musibah yang kita hadapi itu ada hikmah, ada pelajaran, yang akan menambah kekuatan kita untuk meneruskan perjalanan, hingga sampai di tujuan, taman yang indah, dengan selamat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H