Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel yang pernah saya tulis beberapa waktu yang lalu, yaitu artikel tentang periode kehidupan manusia di dunia.
Sebagaimana di jelaskan di artikel tersebut, periode pertama kehidupan manusia adalah periode kenabian, yang dimulai sejak Nabi Adam As sampai wafatnya Nabi Muhammad Saw.
Allah Swt telah mewajibkan kepada seluruh umat manusia untuk beribadah, dan selama menjalani kehidupannya di dunia harus selalu berada di jalan yang diridai-Nya (syariat-Nya).
Kenapa Allah Swt perlu mengutus Rasul ke dunia ini?
Karena manusia yang memiliki hawa nafsu, serta adanya setan yang senantiasa menggoda, cenderung selalu berbuat dosa atau menyalahi syariat.
Syariat Allah Swt kalau diibaratkan adalah sebuah jalan yang lurus. Nabi dan Rasul yang diutus Allah bertugas menjaga manusia supaya tetap berada di jalan tersebut. Setelah Nabi dan Rasul meninggal, banyak manusia yang kemudian keluar dari jalan yang lurus tadi. Ada yang melenceng ke kiri, ada pula yang melenceng ke kanan.
Maka Allah Swt pun mengutus kembali Nabi dan Rasul yang baru, untuk menggantikan tugas Nabi dan Rasul sebelumnya, yaitu mengembalikan manusia ke jalan yang benar.
Kehidupan manusia yang pertama bersyariat, adalah Nabi Adam As dan istrinya, beserta putra-putranya. Syariat yang sudah ada saat itu adalah menikah dan berkurban.
Dalam kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah karya Ibnu Katsir, disebutkan bahwa Hawa melahirkan 120 kali, dan selalu melahirkan anak kembar dua. Sehingga putra-putri Nabi Adam sebanyak 240 orang. Yang pertama dilahirkan adalah Qabil dan saudari kembarnya, Iklima. Sedang yang terakhir adalah Abdul Mughits dan saudari kembarnya, Ummul Mughits. Kemudian dari anak-anak Nabi Adam tersebut, mereka beranak-pinak sehingga semakin banyak populasi manusia di bumi.
Dikatakan pula bahwa Hawa satu kali melahirkan tanpa kembar. Yaitu saat kelahiran Syits. Makna Syits adalah pemberian Allah, karena Hawa meyakini bahwa Syits ini dianugerahkan Allah Swt sebagai pengganti Habil yang meninggal. Kisah meninggalnya Habil ini dapat Anda baca di artikel saya yang berjudul 'Pendosa Pertama'.
Ibnu Katsir dalam kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah menuliskan bahwa Allah Swt menurunkan 104 lembaran (shuhuf), dan kepada Syits sebanyak 50 lembaran. Selanjutnya, menjelang Nabi Adam As meninggal, dia memberikan wasiat kepada Syits, dan mengajarkan ibadah dan syariat kepada Syits, siang dan malam.
Di kitab yang sama disebutkan pula bahwa setelah Nabi Adam As wafat, maka yang menanggung beban urusan kenabian setelahnya adalah Syits. Sehingga Syits ini termasuk Nabi, tetapi tidak termasuk 25 Nabi dan Rasul yang wajib diketahui.
Nabi kedua -- yang wajib diketahui oleh seorang Muslim -- setelah Nabi Adam As adalah Nabi Idris As. Dalam kitab Perjanjian Lama Nabi Idris ini disebut dengan nama Khanukh.
Nabi Idris As adalah keturunan kelima dari Syits, atau keturunan keenam Nabi Adam As. Silsilahnya adalah sebagai berikut, Idris As bin Yard bin Mahla'il bin Qanin bin Anusy bin Syits bin Adam As. Nama Nabi Idris As disebutkan dalam Al-Quran di surat Maryam ayat ke-56.
Di era Nabi Idris As, umat manusia sudah beradab dan berbudaya. Bahkan di kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah disebutkan sejak zaman Mahla'il (kakeknya Nabi Idris As) kota-kota sudah dibangun, yaitu kota Babil dan kota Sus Al-Aqsha. Mahla'il disebutkan sebagai orang pertama yang menebang pohon di dunia.
Kebudayaan pun berkembang. Menurut Ibnu Ishaq, Nabi Idris lah manusia pertama yang menulis dengan pena. Hal ini ditunjukkan oleh hadis dari Muawiyah bin Al-Hakam, saat dia bertanya kepada Rasulullah tentang menulis dengan kerikil. Rasulullah Saw bersabda, 'Sesungguhnya dia (Idrsi) adalah nabi yang menulis dengan itu. Siapa saja yang tulisannya sesuai, maka itulah tulisannya.' (HR. Muslim no. 537, Abu Daud no. 930, An-Nasa'i no. 1218, dan Ahmad no. 2253)
Di ayat ke-57 surat Maryam, Allah Swt berfirman, "Dan Kami telah mengangkatnya (Nabi Idris As) ke martabat yang tinggi."
Maksudnya adalah Allah Swt telah memuliakan Nabi Idris As dengan mewafatkannya (mencabut nyawanya) di langit keempat.
Setelah Nabi Idris As wafat, umat manusia -- karena hawa nafsu dan godaan setan -- kembali banyak yang tidak menjalankan syariat yang diajarkan Nabi Idris As. Semakin lama semakin bertambah manusia yang sudah tidak lagi beribadah kepada Allah Swt. Sehingga kemudian Allah Swt menurunkan lagi seorang Nabi/Rasul, yaitu Nuh As.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H