Menurut data terkini yang ditampilkan secara real time oleh World Population Review, jumlah penduduk dunia telah mencapai 8.005.176.000 jiwa per Rabu (8/2/2023). Alias telah melebihi 8 milliar.
Jumlah itu memang sudah diprediksi sejak abad ke-17 silam. Konon, pada tahun 1679, seorang ilmuwan dan penemu mikroskop, Antoni van Leeuwenhoek, memprediksi bahwa Bumi dapat mendukung kehidupan 13,4 miliar orang.
Pertanyaannya, sanggupkah planet bumi menampung populasi sebanyak itu, dan sangat mungkin akan bertambah terus?
Pertanyaan tersebut memunculkan kekhawatiran -- bahkan ketakutan -- bagi 'sekelompok orang' bahwa di suatu waktu akan terjadi krisis yang disebabkan ketidaksanggupan bumi menampung jumlah manusia yang hidup di atasnya.
Krisis itu tentu saja dapat berupa kelangkaan sumber makanan, keterbatasan lahan, kehabisan sumber alam, dan kelangkaan air.
Tentu saja 'sekelompok orang' yang tidak mau kehidupannya yang nyaman terganggu. Baik sekarang maupun nanti, karena mereka pun tidak mau anak keturunan mereka hidup menderita.
Lantas 'sekelompok orang' ini membaca sebuah buku berjudul "How Many People Can the Earth Support?", yang ditulis oleh seorang ahli biologi matematika Joel Cohen. Dalam buku tersebut, Cohen menyebutkan tiga cara untuk mencegah bertambahnya populasi manusia di bumi, yakni dengan meningkatkan teknologi, memperlambat pertumbuhan penduduk, dan mengubah budaya global.
"Mempromosikan akses terhadap kontrasepsi, mengembangkan ekonomi, menyelamatkan anak, memberdayakan perempuan, mendidik laki-laki, dan melakukan semuanya sekaligus," tulis Cohen di buku tersebut.
Mereka pun -- 'sekelompok orang' itu -- menyepakati apa yang diuraikan Worldwatch Institute, sebuah think tank lingkungan. Bahwa bumi idealnya menyediakan lahan seluar 1,9 hektar untuk per-orang, untuk menumbuhkan tanaman (sebagai sumber makanan) dan tekstil untuk pakaian, serta untuk memasok kayu dan menyerap limbah.
Dari perhitungan tersebut, 'sekelompok orang' ini menghasilkan satu kesimpulan, yaitu bumi idealnya dihuni hanya 1,5 Milliar orang saja.