Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hati-hati Terkena Jebakan Konsumerisme

2 Februari 2023   16:11 Diperbarui: 2 Februari 2023   16:19 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi budaya belanja saat obral/sumber: okezonenews

Apa itu konsumerisme?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsumerisme adalah 'paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya; gaya hidup yang tidak hemat'.

Sementara Wikipedia menyebutkan konsumerisme adalah 'merupakan ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan, tanpa sadar dan berkelanjutan. Pembelian barang-barang hanya didasari oleh keinginan dan tidak mempertimbangkan kebutuhan'.

Sekilas sikap menganggap memiliki barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan, atau pembelian barang hanya didasari oleh keinginan, adalah sesuatu yang wajar. Namun, kalau hal itu menjadi karakter atau sifat yang melekat, maka itu yang bahaya. Alasan itulah mengapa kita harus menghindari konsumerisme.

Karena kalau konsumerisme sudah akut, sangat berbahaya. Misalnya sampai untuk memperoleh sebuah barang harus berutang, atau membahayakan kesehatan, atau membahayakan masa depan.

Konsumerisme adalah virus yang berbahaya, terutama bagi yang sudah menikah. Karena tak jarang, virus ini menjadi sumber perselisihan di antara pasangan suami-istri. Virus ini semakin mewabah, karena kondisi dunia sendiri seolah sedang mendorong semua manusia untuk bersikap konsumerisme. Lihat saja acara TV, postingan di Medsos, bertebaran iklan dari berbagai marketplace, dll.

Lantas, bagaimana cara kita mengetahui bahwa kita telah terpapar virus konsumerisme?

Sulit memang, tapi 6 gejala berikut dapat menandakan apakah Anda menderita gejala konsumerisme yang berlebihan atau tidak. Karena bisa saja Anda mungkin merasa tidak terkena virus konsumerisme, tapi beberapa indikasi di bawah ini dapat membuktikan bahwa perasaan Anda itu salah.

1.  Jika Anda sudah merencanakan untuk membeli sejumlah barang untuk kebutuhan Anda, tetapi selalu saja Anda membeli lebih dari yang direncanakan, berarti Anda telah jatuh ke dalam perangkap konsumeris.

2.  Jika Anda sudah kehabisan ruang penyimpanan untuk barang-barang yang Anda beli. Memang, terkadang kita tidak bisa menghindar harus tinggal di tempat yang sempit, sementara Anda pun merasa masih memerlukan barang-barang tertentu.

3.  Anda secara rutin meminta persetujuan teman Anda saat akan membeli barang. Persetujuan teman Anda pun dianggap rekomendasi. Padahal, rekomendasi seseorang sebelum membeli sama dengan mencari pembenaran pembelian Anda sendiri.

4.  Anda membeli barang dengan kredit, karena lebih tertarik dengan pembayaran yang mudah atau untuk mendapatkan poin dari kartu kredit.

5.  Anda sering menyesal satelah melakukan pembelian, dan ini tanda yang paling jelas bahwa Anda memiliki kebiasaan berbelanja (berlebihan).

6.  Anda menyembunyikan barang yang Anda beli, dan tidak ingin pasangan Anda tahu. Ini adalah bukti bahwa tidak membutuhkan barang tersebut. Jika Anda menyembunyikan pembelian dari orang yang Anda cintai, Anda pasti memiliki beberapa masalah konsumerisme.

Silahkan cek sendiri.

Semoga bermanfaat.

(sumber: theminimalistvegancom)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun