Tulisan ini merupakan lanjutan dari artikel yang saya tulis beberapa waktu yang lalu. Di artikel tersebut saya menulis tentang periode zaman yang dilalui umat manusia (khususnya kaum Muslimin) dalam hidupnya di dunia. Anda yang belum membacanya -- dan sebaiknya membaca sebelum melanjutkan membaca artikel ini -- dapat membaca artikel saya yang berjudul 'Periode Kepemimpinan Islam'.
Berdasarkan sebuah hadis, umat manusia akan melewati 5 fase kepemimpinan. Sampai saat ini 3 fase yang pertama telah dilewati, yaitu: fase kenabian, fase Khilafah 'Ala Manhaj An-Nubuwwah, dan fase kerajaan yang menggigit (Mulkan 'Adhon). Kini, sedang ada di fase ke-4, yaitu fase kerajaan yang kejam dan diktator (Mulkan Jabariyan).
Belum ada keterangan kapan masanya masuk ke fase ke-5 atau fase terakhir. Artikel ini pun tidak akan membahas hal tersebut (fase ke-5). Yang akan saya bahas dalam tulisan kali ini adalah tentang fase pertama, yaitu zaman kenabian.
Ada dua pendapat tentang fase pertama ini. Pendapat pertama yang memahami -- dan ini yang mayoritas -- bahwa yang dimaksud zaman kenabian itu adalah zaman sejak Rasulullah Muhammad Saw menerima wahyu sampai beliau meninggal dunia.
Adapun pendapat kedua memahami bahwa yang dimaksud zaman kenabian ini adalah zaman sejak Allah swt menunjuk Adam as menjadi Nabi untuk umat manusia yang hidup di dunia, dan terus berganti Nabi sampai ke Nabi terakhir Rasulullah saw.
Artikel saya ini akan mengarah kepada pendapat kedua tersebut. Karena di ujung keterangan menurut pendapat kedua ini pun, nanti akan bertemu dengan keterangan menurut pendapat pertama.
Sebagaimana sudah diketahui oleh kita yang Muslim, bahwa Allah Swt menciptakan manusia supaya beribadah kepada-Nya (QS. Adz-Dzariyat ayat ke-56), dan supaya tetap bertauhid, meng-esa-kan Allah, meyakini tidak ada tuhan selain Allah (QS. Al-Anbiya ayat ke-25, dan An-Nahl ayat ke-36). Sehingga diperlukan seseorang untuk menjadi pemandu dalam melaksanakan kedua hal tersebut. Maka Allah kemudian mengutus Nabi dan Rasul-Nya.
Karena Nabi dan Rasul juga seorang manusia yang usianya pun terbatas (meninggal). Juga, karena ada peran setan yang terus menggoda manusia, setelah Nabi/Rasul sebelumnya meninggal, umat manusia cenderung berbuat dosa lagi, tidak beribadah lagi kepada Allah swt. Maka Allah mengutus Nabi/Rasul yang lain sebagai penggantinya untuk mendakwahi manusia.
Sederhananya begini. Allah swt telah memberi arah yang benar (yang diridai-Nya) sebagai petunjuk hidup manusia, berupa jalan yang lurus. Nabi/Rasul yang diutus Allah bertugas menjaga manusia supaya tetap berada di jalan tersebut. Setelah Nabi/Rasul meninggal plus ada peran setan, banyak manusia yang kemudian keluar dari jalan yang lurus tadi. Ada yang melenceng ke kiri, ada pula yang melenceng ke kanan. Tugas Nabi/Rasul berikutnya adalah untuk mengembalikan manusia ke jalan yang benar.
Walaupun, tidak mesti juga Nabi/Rasul berikutnya diutus Allah setelah Nabi/Rasul sebelumnya meninggal, karena ada juga yang Nabi/Rasul diutus Allah saat Nabi/Rasul sebelumnya masih hidup.
Sehingga kemudian dikenal ada 25 Nabi/Rasul yang wajib diketahui oleh setiap Muslim. Kedua puluh lima Nabi/Rasul tersebut adalah:
1. Â Adam as,
2. Â Idris as,
3. Â Nuh as,
4. Â Hud as,
5. Â Saleh as,
6. Â Ibrahim as,
7. Â Ismail as,
8. Â Luth as,
9. Â Ishaq as,
10. Yaqub as,
11. Yusuf as,
12. Syuaib as,
13. Ayyub as,
14. Zulkifli as,
15. Musa as,
16. Harus as,
17. Daud as,
18. Sulaiman as,
19. Ilyas as,
20. Ilyasa as,
21. Yunus as,
22. Zakaria as,
23. Yahya as,
24. Isa as,
25. Muhammad saw.
Jumlah Nabi dan Rasul seluruhnya, menurut sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan disebutkan pula oleh Ibnu Katsir di kitab Qashash Al-Anbiyaa', adalah 124.000 Nabi dan 313 Rasul. Sedangkan yang 25 di atas adalah yang wajib diketahui oleh seorang Muslim. Ingat, ya! Wajib diketahui. Jadi, kalau Anda seorang Muslim, Wajib mengetahui yang 25 di atas.
Lalu apa perbedaan Nabi dan Rasul?
Menurut penjelasan Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi, asal kata Nabi adalah nabaa artinya 'kabar' atau 'berita'. Nabi berarti orang yang menyampaikan kabar dari Allah swt. Secara istilah, Nabi adalah orang yang diutus untuk meneguhkan syariat Nabi sebelumnya.
Sedangkan Rasul, dari kara risl artinya 'bangkit'. Ada kata istilah muncul dari kata tersebut, yakni ar-rasul al-munba'its yang berarti utusan bangkit. Secara istilah, Rasul adalah orang yang diutus dengan membawa syariat yang baru.
Dari pengertian di atas para ulama kemudian menetapkan bahwa Nabi pertama adalah Adam as, sedang Rasul pertama adalah Nuh as. Karena Nuh as diperintahkan untuk menyampaikan risalah (syariat) yang baru kepada kaumnya.
Untuk pembahasan fase kenabian ini, kita mulai saja dari Nabi Adam as.
Setelah melakukan pelanggaran di surga, Nabi Adam as dan istrinya, Hawa, kemudian diperintahkan untuk tinggal di bumi. Seiring berjalannya waktu, dari keduanya kemudian lahir keturunan-keturunan mereka, sehingga mereka pun menjadi sekelompok manusia yang menempati satu wilayah di bumi.
Nabi Adam as pun mengajarkan kepada keturunannya cara beribadah kepada Allah swt. Salah satu syariat yang diperintahkan kepada anak-anaknya adalah memberikan kurban untuk Allah swt. Sebagaimana kita ketahui dalam kisah Qabil dan Habil. Di kisah ini pun turut dijelaskan ada peran setan yang selalu menggoda manusia.
Saya pernah menulis juga tentang kisah Qabil dan Habil di Kompasiana. Anda dapat membaca artikel saya yang berjudul 'Pendosa Pertama.
Dalam kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah karya Ibnu Katsir, jilid 1 halaman 430, disebutlkan ada yang berpendapat bahwa Hawa melahirkan sebanyak 240 anak dari 120 kehamilan (selalu kembar dua). Yang pertama adalah Qabil dan saudarinya, Iklima. Sedang yang terakhir adalah Abdul Mughits dan saudarinya, Ummul Mughits. Kemudian dari anak-anak Nabi Adam tersebut, mereka beranak-pinak sehingga semakin banyak populasi manusia di bumi. Sebagaimana firman Allah swt
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak". (QS. An-Nisaa: 1)
Disebutkan pula di kitab yang sama bahwa sampai Nabi Adam as meninggal, jumlah anak dan keturunannya (cucu-cucu dan cicit-cicitnya) berjumlah empat ratus ribu orang.
Wallahu'alam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI