(Ini tulisan pertama tentang peristiwa-peristiwa kontroversi yang terjadi di Piala Dunia sepanjang masa)
Setiap peristiwa selalu meninggalkan kenangan. Apalagi kalau peristiwa itu jarang terjadi, atau terjadinya dalam periode waktu yang cukup lama. Apalagi kalau peristiwa itu menjadi perhatian masyarakat dunia.
Salah satu peristiwa tersebut adalah pertandingan sepakbola level tertinggi sejagad, yang mempertemukan tim-tim antar negara. Pertandingan yang diberi label Piala Dunia FIFA itu berlangsung empat tahun sekali.
Tentu saja karena melibatkan peserta dari seluruh penjuru dunia, untuk memperebutkan tropi paling bergengsi sedunia, dalam setiap perhelatan Piala Dunia selalu menyisakan kenangan-kenangan yang sulit dilupakan. Baik itu kenangan yang manis ataupun kenangan yang pahit.
Bahkan, untuk kenangan yang pahit yang berawal dari kejadian yang kontroversi, perdebatannya sering tidak pernah usai.
Di hampir semua perhelatan Piala Dunia, selalu ada peristiwa kontroversi yang memberikan kenangan pahit bagi yang mengalaminya. Walaupun di sisi lain, ada yang menikmatinya sebagai kenangan manis.
Namun, penggunaan teknologi VAR (Video Assistant Referee) di Piala Dunia tahun ini di Qatar, sepertinya akan meniadakan potensi terjadi kejadian kontroversi.
Tulisan ini pun dipicu oleh celetukan seorang teman menanggapi digunakannya teknologi VAR tersebut.
"Gara-gara teknologi, kita tidak akan lagi mendapatkan kontroversi di pertandingan-pertandingan Piala Dunia tahun ini".
Ya, kontroversi seolah menu rutin tambahan dari agenda pertandingan sepakbola sejagad itu. Setiap pergelaran Piala Dunia selalu melahirkan kontroversi yang tak terlupakan.
Salah satu kejadian yang menjadi kontroversi sampai saat ini adalah peristiwa yang terjadi saat tim Tango Argentina melawan Inggris di Piala Dunia Mexico tahun 1986.
Oleh karenanya, saat Argentina memastikan diri melaju ke babak final setelah mengalahkan Kroasia, beberapa jam yang lalu, publik sepakbola dunia teringatkan pada peristiwa kontroversi tersebut.
Tak dipungkiri, kahadiran Argentina di babak penentuan Piala Dunia, bagi sebagian penggila bola di dunia, bagai membuka memori lama yang takkan terlupakan sampai kapan pun.
Memori lama itu adalah kontroversi tangan Tuhan-nya Diego Armando Maradona.
Tiga puluh tahun silam, tepatnya tahun 1986, saat pertandingan perempat-final Piala Dunia di Mexico, Argentina mengalahkan Inggris dengan skor 2-1. Salah satu gol kemenangan Argentina itu dilesakkan ke gawang Inggris, yang dijaga Peter Shilton, melalui tangan kiri Maradona di babak kedua.
Tentu saja para pemain Inggris protes, tetapi wasit tetap menganggap gol itu syah.
Sampai saat ini, gol yang kemudian disebut gol tangan Tuhan itu masih menuai kontroversi.
Diego Armando Maradona memang berpostur tubuh pendek dan gempal. Kontras dengan Peter Shilton yang jangkung. Tinggi Maradona hanya sepundak Shilton, tetapi dengan kecerdikannya (atau kelicikannya?), dia mampu memperdaya kiper Inggris itu.
Betul kata teman saya tadi. Kontroversi tangan Tuhan Maradona terjadi karena saat itu FIFA belum menggunakan teknologi VAR untuk memantau pertandingan.
Kalau saja sudah menggunakan teknologi VAR, maka tidak akan ada yang namanya gol tangan Tuhan. Pemain Inggris pun tidak perlu mengejar-ngejar wasit untuk protes.
Bagi saya pribadi pun, penggunaaan teknologi VAR ini memang mengurangi nilai seni dari sebuah pertandingan sepakbola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H