Namun persaingan Jane dengan Pat Candy membuatnya berubah pikiran. Jane mengupayakan dengan berbagai cara agar kliennya menjadi presiden Bolivia, hanya karena ingin mengalahkan Pat Candy.
Jane tidak mencoba untuk mengubah citra dari Castillo yang temperamental. Melainkan Jane menjadikan sifat Castillo tersebut sebagai bahan jualan dalam kampanye dengan strategi, Our Brand Is Crisis.
Castillo dicitrakan sebagai pemimpin yang tegas. Dikampanyekan bisa melindungi rakyat Bolivia dari ancaman-ancaman luar negeri seperti IMF dan lainnya. Sementara lawan terberat dari Castillo adalah calon yang dekat dengan rakyat dengan citra yang lembut.
Berbagai hal dilakukan oleh Jane agar citra dari Castillo naik dan memenangkan pemilihan presiden. Mulai dari playing as victim hingga negative campaign. Pat Candy pun hampir sama, mereka beradu strategi untuk pencitraan kliennya masing-masing. Segala cara dilakukan kedua pihak untuk mengalahkan satu sama lain. Tak jarang mereka meneror lawannya dengan kampanye-kampanye negatif dan kampanye hitam.
Hingga pada akhirnya Castillo lah yang menang dan jadi presiden Bolivia. Namun setelah mengetahui apa yang dilakukan Castillo pada hari pertama jabatannya, Jane merasa menyesal.
Menonton Film ini benar-benar membuka mata saya tentang dunia perpolitikan. Khusunya saat-saat kampanye, akan ada orang-orang yang ditugaskan untuk mencitrakan calon sedemikian rupa untuk mencapai tujuannya. Tidak peduli itu kampanye negatif ataupun menjadikan diri sendiri sebagai sasaran tembak, yang penting rakyat simpati. Urusan ingkar janji setelah memimpin, itu urusan belakang.
Film ini layak untuk ditonton. Gak terlalu berat tapi cukup bikin mikir. Tetapi penting untuk dijadikan referensi oleh tim sukses kandidat yang akan bertarung di Pilkada atau Pilpres nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H