Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menghilangkan Persepsi yang Salah tentang Membaca

11 November 2022   11:11 Diperbarui: 11 November 2022   11:27 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membaca tidak menyenangkan/sumber: beberosicoid

Banyak faktor atau alasan kenapa masyarakat kita tidak suka membaca, sehingga menempatkan Indonesia di level rendah dalam hal indeks membaca. Ada alasan teknis, ada alasan non-teknis.

Yang ditulis di artikel ini adalah alasan non-teknis. Salah satunya adalah adanya persepsi atau bahkan dianggap mitos tentang aktivitas membaca.

Tiga persepsi yang paling utama adalah menganggap bahwa aktivitas membaca itu aktivitas istimewa, hanya untuk orang-orang pintar. Bahkan masyarakat memiliki gelar sendiri untuk orang-orang yang keranjingan membaca, yaitu 'kutu buku'. Dan bukan hanya gelar, imej seseorang yang disebut kutu buku pun kadang digambarkan dengan kacamata tebal, rambut disisir ke pinggir, tidak suka bergaul, dan lain-lain.

Benarkah seperti itu?

Tentu saja tidak.

Dan segala persepsi dan mitos di atas harus diruntuhkan, setidaknya dalam diri kita masing-masing. Supaya masyarakat kita mau membaca dan tingkat literasi negara kita pun naik, tidak lagi menghuni papan bawah.

1. Membaca adalah aktivitas orang bodoh

Mereka yang membaca sesungguhnya adalah mereka yang merasa bodoh. Justru mereka yang menyadari kedangkalan pengetahuannya. Lalu dari kesadaran itu muncul semangat untuk menghilangkan ketidaktahuanny atau kebodohannya itu dengan membaca. Sebagaimana orang lapar yang akan berupaya mencari sesuap nasi atau apa saja yang dapat menghilangkan rasa laparnya.

Saya membaca bukan karena saya merasa pintar, tapi karena saya merasa bodoh dan banyak yang belum diketahui. Mereka yang tidak rajin membaca mungkin ada dalam 3 kondisi berikut; sudah terlampau pintar, tidak atau belum menyadari kebodohannya, atau belum tahu bahwa membaca adalah salah satu cara efektif memusnahkan kebodohan.

2. Membaca adalah aktivitas biasa

Tidak ada yang istimewa dengan aktivitas membaca. Semua orang bisa dan harusnya sudah biasa membaca. apalagi di eran media-sosial (medsos) sekarang ini. Semua orang hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk membaca. Walaupun itu bukan yang dimaksud membaca dalam objek tulisan ini. Namun, setidaknya masyarakat sudah mulai terbiasa membaca rangkaian kata.

Membaca memang bukan aktivitas istimewa, bahwa ada ilmu atau ketrampilan membaca, itu pun bukan sesuatu yang sulit dipelajari.

Persepsi bahwa membaca itu aktivitas istimewa perlu dan harus diturunkan levelnya menjadi sesuatu yang biasa saja. Sama seperti aktivitas kita makan, minum, olahraga, menari dan lain-lain.

3. Membaca tidak membuat kita kurang pergaulan

Semakin hari aktivitas membaca semakin disukai. Kehadiran internet tidak bisa dikecilkan perannya dalam meningkat minat baca masyarakat, terutama dengan adanya medsos.

Aktivitas membaca yang awalnya hanya membaca postingan di grup-grup messenger, meningkat dengan membaca buku-buku elektronik (ebook). Di sini, kehadiran platform kepenulisan sangat berperan besar. Sekarang, kita mau membaca novel dengan genre apa pun, tinggal pilih. Begitupun dengan artikel-artikel non-fiksi, banyak blog atau situs yang menyediakan artikel dari berbagai bidang ilmu.

Dan sekarang, dengan adanya medsos dan platform kepenulisan, kita bisa bergabung di grup-grup literasi, yang membernya bukan puluhan atau ratusan lagi, tapi ribuan bahkan puluhan ribu. Jadi, label penyuka buku itu orang yang kuper (kurang pergaulan) tidak berlaku lagi.

Semoga tidak berkembang lagi persepsi yang salah tentang membaca. karena, selama persepsi yang salah itu masih ada, sulit rasanya membudayakan aktivitas membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun