Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memilih Presiden Menggunakan Kriteria 3B

7 November 2022   06:59 Diperbarui: 7 November 2022   07:40 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tahun politik 2024 semakin mendekat. Suhu politik pun semakin memanas. Politik memang sudah mendominasi kehidupan di negeri ini. Hampir semua sektor kehidupan tersentuh oleh politik. Media pun, TV maupun online, hampir setiap hari menyuguhkan informasi pemilihan Presiden, terutama aktivitas para Capres.

Tokoh-tokoh yang berniat mencalonkan diri menjadi Presiden, maupun tim suksesnya, sudah terlihat sibuk wira-wiri ke sana ke mari, mempromosikan diri dan/atau mencari dukungan.

Sementara rakyat, calon pemilih mereka, masih pasif. Entah bingung memilih siapa yang tepat menggantikan pak Jokowi, atau tidak/peduli terhadap cupras-capres ini. Jangankan memikirkan politik, Pilpres, atau para Capres, memikirkan supaya dapur tetap ngebul saja sudah bikin stress.

Walaupun begitu, memilih pemimpin jangan dianggap main-main, atau dianggap tidak penting. Pemimpin, dalam hal ini Presiden, akan menentukan nasib/kondisi negara lima tahun ke depan. Salah memilih, bisa semakin sulit hidup kita.

Lalu bagaimana supaya kita tidak salah memilih?

Sepertinya kita bisa belajar ke orangtua kita zaman dulu, saat memilih calon pasangan untuk anak-anak mereka, atau calon menantu.

Orang tua zaman dulu sangat mementingkan masalah bibit, bebet, bobot pada saat memilih calon menantu. Kriteria 3B ini seolah wajib diperhatikan saat anaknya memperkenalkan dan membawa pasangan ke rumahnya.

Bibit, bebet dan bobot adalah serangakaian istilah yang diperkenalkan orang tua kita zaman dulu. Bibit maksudnya melihat garis keturunan, bebet melihat status sosial ekonominya, dan bobot melihat kepribadian serta pendidikan. Atau, 3B merupakan kriteria yang telah digunakan turun temurun untuk memilih pasangan hidup.

Saat  memilih Presiden nanti kita pun dapat menggunakan kriteria 3B ini: Bibit, Bobot, dan Bebet.

Calon Presiden (Capres) sudah diketahui, dan waktu pemilihan masih setahun lebih. Ini kesempatan baik bagi kita untuk menilai para Capres menggunakan kriteria Bibi, Bobot, dan Bebet.


Adanya internet membantu memudahkan kita menilai mereka, para Capres, dari sisi 3B tersebut. Tinggal kemauan kita untuk sedikit repot, membuka-buka jejak digital para Capres. Namun, sikap objektivitas harus tetap di kedepankan.

Sejatinya memang tidak ada manusia yang sempurna, yang ada adalah manusia yang terus memperbaiki diri dari waktu ke waktu. Namun, tidak salah juga mengetahui apa itu standar Bibit, Bebet, Bobot yang menjadi standar orang tua zaman dulu memilih menantu.

#1 Bobot

Bobot artinya kualitas si Capres, baik secara lahir maupun batin. Termasuk keimanan, pendidikan, pekerjaan, kecakapan dan perilaku si calon yang bersangkutan. Sebut saja seperti pendidikan formalnya sampai tingkat apa, SMA, S1,S2, atau S3. Atau, apakah calon pasangan jebolan pendidikan pesantren.

Pertimbangan bobot ini meliputi:
Jangkeping Warni (Lengkapnya Warna). Istilah ini merujuk pada sempurnanya fisik seorang Capres. Misalnya tidak bisu, buta, tuli, atau lumpuh.


Rahayu ing Mana (Baik Hati). Ungkapan ini diartikan sebagai 'inner beauty' kalau dalam bahasa sekarang. Termasuk di dalamnya adalah kualitas beragama seorang Capres.


Ngertos Unggah-Ungguh (Mengerti Tata Krama).


Wasis (Ulet). Maksudnya Si Capres harus yang  rajin bekerja (tidak NATO) dan siap bekerja keras demi kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya.

#2 Bibit

Makna dari bibit adalah asal usul atau garis keturunan. Apakah terlahir dari orangtua dari golongan bangsawan atau rakyat biasa. Bukan berarti bahwa seorang Capres harus berdarah biru. Tetapi bermakna bahwa orang tersebut harus jelas latar belakangnya.


Dari mana ia berasal, dengan cara apa dan oleh siapa ia dididik. Karena meski bagaimanapun, watak atau karakter adalah sesuatu yang berpotensi diturunkan dalam keluarga.


Standar bibit lebih menyelidiki tentang asal-usul dan silsilah keluarga. Apakah ada silsilah dahulunya keturunan keluarga alim ulama, keturunan suku Jawa, Thionghoa atau bahkan Sunda tulen.
Standar bibit ini harus sangat hati-hati dipertimbangkan untuk memilih pemimpin.

#3 Bebet

Bebet memiliki asal kata bebedan, atau cara berpakaian. Setiap orang wajar dinilai berdasarkan caranya berbusana. Karena cara seseorang menampilkan dirinya merupakan penggambaran dari apa yang ada dalam sejatinya orang tersebut.

Standar bebet lebih mengacu kepada gaya hidup dan karakter sehari-hari. Bagaimana si Capres berpenampilan fisik, bagaimana kesopanannya,  dan caranya bertutur kata. Serta, tempramennya kasar atau halus, ramah atau arogan.

Cara berpakaian menunjukkan status sosial seseorang. Harkatnya, martabatnya. Kriteria ini sengaja diletakkan terakhir, pada posisi ketiga, karena bukan dianggap hal yang paling penting.

3B: Bibit, Bobot, dan Bebet ini hanya salah satu tool yang dapat digunakan untuk memilih Presiden. Masih banyak tool yang lain, atau kriteria yang lain. Intinya, kita berharap Presiden nanti yang terpilih dapat membawa bangsa dan negara Indonesia lebih maju, sejahtera, dan berwibawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun