Berita cupras-capres di media semakin ramai. Baik media online maupun media TV. Begitupun di media sosial, terutama di Twiter. Sepertinya tiada hari tanpa berita tentang pen-capres-an. Ratingnya sudah ngalahin berita Sambo maupun Kanjuruhan.
Sepertinya ribet banget, ya, menentukan siapa Capres + siapa Cawapres. Soanya sampai saat ini baru Nasdem saja yang terang-terangan sudah nentuin siapa Capres pilihannya. Partai yang lain, entah masih menerawang, entah menunggu wangsit, sampai saat ini belum mengumumkan Capres-nya. Termasuk PDIP yang tidak perlu berkoalisi untuk mengusung Capres.
Memang, Pilpres masih setahun lebih. Jadi partai-partai belum merasa harus buru-buru ngumumin Capres-nya. Tapi, khususnya saya pribadi, jadi rudet melihat di TV, sosok yang katanya mau nyapres wira-wiri ke sana ke mari, nyari dukungan dan pencitraan.
Akibatnya, jangankan orang biasa, lha, para pengamat politik saja, saya suka lihat di TV, belum bisa memprediksi siapa akan berpasangan dengan siapa, apalagi memperhitungkan siapa yang bakal menang, dan jadi Presiden RI yang ke-8. Karena Pilpres 2024 memang bakal seru, karena tidak ada juara bertahan alias incumbent. Semua merasa punya kans untuk menang.
Padahal. Padahal ini mah, yah. Menurut saya tidak perlu pake ilmu politik, tidak perlu pake ilmu hitung-hitungan survey, untuk mengetahui siapa yang bakal menang di Pilpres 2024 nanti. Tidak perlu juga menerawang sampai pake ilmu kebatinan. Menurut saya cukup melihat dari nama-nama orang yang pernah menjabat jadi Presiden RI.
Maksudnya?
Begini. Hidup itu, kan, katanya berpola, atau berjalan mengikuti pola tertentu. Sukses atau gagal di bisnis katanya ada polanya. Perubahan cuaca, juga katanya ada polanya. Begitupun dalam dunia olahraga.
Coba saja perhatikan setiap pertandingan sepakbola. Khususnya untuk tim-tim besar dan bersaing di pertandingan bergengsi. Contohnya pertandingan antara Real Madrid melawan Barcelona di El-Clasico, atau Liverpool melawan Bayern Munchen di Final Liga Champions, atau Manchester United melawan Manchester City di Derby Manchester. Dipastikan, sebelum pertandingan berlangsung, si host dan pengamat bola yang diundang akan membahas hasil pertandingan sebelum-sebelumnya dari dua klub yang akan bertanding. Dari rekaman hasil pertandingan sebelum-sebelumnya tersebut, katanya dapat diketahui siapa yang bakalan menang.
Dan katanya pula, sejarah pun berulang mengikuti pola tertentu. Entahlah, benar atau tidaknya. Tapi ... saya akan mencoba mempercayai saja. Makanya di atas saya nulis, bahwa untuk mengetahui siapa yang bakal jadi Presiden RI ke-8 nanti, cukup melihat nama-nama presiden sebelumnya, karena ternyata itu ada polanya.
Polanya apa?
Kita tulis dulu nama-nama Presiden RI berdasarkan urutannya.
- Soekarno
- Soeharto
- B.J. Habibie
- Abdurrahman Wahid (Gusdur)
- Megawati Soekarno Putri
- Susilo Bambang Yudhoyono
- Joko Widodo
- ?
Dari nama-nama di atas, polanya adalah (huruf awalnya): konsonan-konsonan-konsonan-vokal, konsonan-konsonan-konsonan-?.
Nah, jelas, kan, kalau menurut pola ? = vokal. Artinya, Presiden RI yang ke-8, namanya akan berawalan huruf vokal.
Siapa?
Lha, masa harus dijelasin lagi!
Sudah jelas Anies Baswedan!
Emang ada nama lain yang digadang-gadang, atau menggadang-gadang diri, jadi Capres yang berawalan huruf vokal?
Emang ada, sih. Erik Tohir. Tapi ... sepertinya doi nyapresnya hanya di baliho saja. Di TV perasaan belum pernah jadi bahan berita. Sepertinya doi memang cocoknya jadi Presiden PSSI saja.
Apalagi. Kalau ditambahi 'apalagi' biasanya lebih mantep. Huruf vokalnya sama lagi, sesuai pola, yaitu huruf A. Sebelumnya Abdurrahman Wahid, dan berikutnya Anies Baswedan.
Apalagi. Lagi-lagi 'apalagi', nih. Tambah muantep. Yang diprediksi jadi pasangan Anies Baswedan, semua namanya berawalan huruf vokal A. Yaitu, AHY (Demokrat), Ahmad Heryawan (PKS), dan Andika.
Bagaimana?
Gampang, kan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H