Buku, atau novel, ini saya temukan di sebuah toko yang menjual buku-buku lama, 3 hari yang lalu. Ada beberapa alasan saya memilih buku ini saya 'hunting' buku-buku lama.
Pertama, tentu saja judulnya. Korupsi, pendek saja judulnya tapi mengundang kepenasaran saya untuk membacanya. Buku lama tapi bertema sebuah isu yang sampai saat ini masih dibicarakan karena masih menjadi problem sosial.
Kedua, ada keterangan tambahan di sampul belakangnya, bahwa novel ini diilhami karya pengarang besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. Saya yang mengagumi-cara bertutur-Pak Pram tentu saja bertambah semangat untuk membelinya.
Penulis menulis novel, Tahar Ben Jelloun, ini memang pengagum Pramoedya Ananta Toer. Saking kagumnya, TBJ pada tahun 1990 berkunjung ke Indonesia hanya untuk bertemu dengan Pak Pram.Â
Tetapi karena saat itu Pramoedya tengah menjalani tahanan rumah akibat aktivitas politiknya, TBJ tidak berhasil menemuinya. Namun di Jakarta TBJ sempat membaca sebuah novel lama karya Pramoedya yang berjudul Korupsi, yang ditulis tahun 1954. Novel itulah yang mengilhami TBJ menulis novel ini. Novel ini ditulis tahun 1994 dan dijadikan semacam tribute (persembahan) untuk idolanya itu.
Ketiga, ada tagline di bawah nama penulis di sampul buku, yaitu 'Pemenang Hadiah Sastra Prix Gouncourt'. Walaupun belum pernah membaca karya Tahar Ben Jelloun, dengan adanya tagline itu saya merasa ada jaminan bahwa buku ini bukan novel kaleng-kaleng.
Novel yang berjudul asli L'Homme rompu (arti harfiahnya 'Lelaki yang Patah') ini bercerita tentang seorang pegawai negeri di Kementerian Pekerjaan Umum yang jujur dan berusaha melawan arus agar tak terperangkap jerat korupsi. Korupsi yang sudah menjadi sistem, sehingga digambarkan Murad ini bagaikan sebutir pasir di dalam mesin sistem korupsi.
Dengan menggunakan POV orang pertama sebagai Murad, pegawai yang jujur itu, TBJ bercerita dengan apik, sehingga pembaca sangat merasakan bagaimana Murad dilanda perang batin, antara mempertahankan idealismenya untuk tidak korupsi, dengan tuntutan dari lingkungan kerjanya serta dari istri dan ibu mertuanya yang mata duitan.
TBJ adalah penulis yang tinggal di Prancis tetapi kelahiran Maroko, sehingga dalam novel ini pun dia menggunakan Maroko sebagai background novelnya. Dan menariknya, dalam novel ini, bagaimana korupsi 'bekerja', apa yang dialami para pegawai negeri di Maroko sana, semuanya persis yang terjadi di sini, di Indonesia.
Tahun 1954 Pramudya Ananta Toer telah menulis kisah dengan korupsi sebagai latar belakangnya. Ini menunjukkan korupsi telah mengakar sejak lama, setidaknya sejak-tidak lama setelah-Indonesia merdeka.
Novel Korupsi karya Tahar Ben Jelloun ini mengambil seting Maroko, sebuah negara yang ada di benua Afrika. Ini menunjukkan korupsi telah melanda berbagai negeri bagai virus covid-19. Novel ini jadi semacam cermin atas situasi di negeri kita yang tak kunjung reda dilanda badai korupsi.