Bukan ingin memperpanjang berita tentang kemelut yang terjadi di Lembaga filantropi Aksi Cepat Tepat (ACT). Namun, karena saya pribadi, telah mendapatkan satu pelajaran dari kasus tersebut.
Berawal dari reportase yang dilakukan majalah Tempo dan kemudian dipublish di edisi 2 Juli kemarin. Publik pun merasa tercengang dengan semua yang dipaparkan Tempo tersebut. Termasuk saya, yang kebetulan mendapatkan versi PDF-nya dari seorang teman.
Sudah jamak di era medsos, kabar apa pun yang sensitif, walaupun kecil, tidak membutuhkan waktu lama untuk menjadi viral. Apalagi ini menyangkut pengelolaan dana masyarakat yang sangat besar. Dan sudah jamak pula, hal apa pun selalu ada yang suka dan tidak suka. Bagi yang tidak suka peluang sekecil apa pun untuk men-downgrade akan dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Maka, dua faktor itulah yang membuat berita duka yang dialami ACT menjadi viral, bahkan menjadi trending topic di jagad maya. Dan kemudian dihubung-hubungkan dengan organisasi atau partai politik. Imej lembaga Islam yang menempel pada ACT menjadi poin sendiri bagi mereka yang Islamophobia, untuk menjelek-jelekkan Islam. bahkan ada pula yang menghubung-hubungkan dengan aksi terorisme.
Entah mengapa, sekarang ini semakin banyak saja orang yang mengidap Islamophobia dan senang mengaitkan sesuatu yang berbau Islam dengan terorisme atau radikal-radikul.
Sebagaimana yang saya baca di Tempo, kegaduhan yang terjadi di ACT ini diawali saat dilengserkannya AHYDN di awal tahun 2022. AHYDN yang telah 17 tahun menjadi orang pertama di ACT, dianggap-oleh jajaran manajemen ACT-terlalu one man show dalam mengelola ACT.
Publik pun kemudian menyorot sosok AHYDN. Sehingga dari rangkaian laporan yang dipaparkan majalah Tempo, versi pdf-nya ada 43 halaman, masyarakat lebih menyorot apa yang selama ini telah di'peroleh' oleh AHYDN dan jajaran manajemen ACT. Padahal-juga di majalah Tempo itu-ada klarifikasi dari AHYDN sendiri dan dari persiden ACT yang baru.
Dari majalah Tempo tersebut publik pun jadi mengetahui-dan ini yang membuat gaduh-gaji jajaran manajemen ACT. Majalah Tempo edisi 2 Juli itu memaparkan gaji mereka perbulan, sebagai berikut:
Ketua Dewan Pembina (1 orang): Rp. 250 juta + mobil Alphard, Pajero, dan CR-V
Senior Vice President (3 orang): @Rp. 150 juta + mobil Pajero