Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Barter, Solusi 'Menjual' Buku bagi Penulis Pemula

9 Juli 2022   18:22 Diperbarui: 9 Juli 2022   18:32 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi barter buku/dokpri

Pas sekali kalau Kompasiana mengambil topik 'Suka dan Duka Menerbitkan Buku (Sendiri)'. Kenapa? Karena, walaupun banyak sukanya, menerbitkan buku sendiri pun ada dukanya. 

Saya sendiri merasakan lebih banyak sukanya daripada dukanya, buktinya saya bisa menulis tiga artikel untuk menceritakan pengalaman penerbitkan buku, sekaligus menceritakan rasa senang atau sukanya.

Lalu apa saja dukanya?

Sebelum buku terbit, duka pertama yang dirasakan adalah proses menulis naskah. Apalagi bagi penulis yang diberi target atau tenggat waktu (dead line) oleh penerbit. 

Mau tidak mau tenggat waktu ini harus diperhatikan kalau tidak mau diberi penalty.

Duka yang kedua, harus menyiapkan dana. Ini untuk penulis yang akan menerbitkan sendiri. Tapi bagi penulis senior, yang bukunya diterbitkan oleh penerbit mayor, tentu kendala ini tidak ada. 

Besarnya dana ini bervariasi tergantung kesepakatan dengan penerbit, tergantung pilihan paket penerbitan, tergantung pula jumlah buku yang akan dicetak.

Duka yang ketiga, dan ini setelah buku selesai dicetak (terbit), adalah pemasaran. Sekali lagi, bagi penulis senior, hal ini bukan kendala. Untuk mereka pemasaran bukunya sudah di-handle oleh penerbit. 

Paling yang mereka jual edisi khususnya, biasanya yang ada tanda tangan mereka, untuk para fans-nya.

Penulis pemula harus bergerilya untuk menawarkan buku mereka. Semakin rajin mereka berpromosi atau menemui/menghubungi orang-orang, peluang buku mereka ada yang membeli semakin besar. 

Kalau buku mereka banyak yang terjual, selain meraih keuntungan, minimal bisa balik modal, juga nama mereka semakin dikenal banyak orang, sebagai branding istilahnya.

Saya merasakan, menjual buku ini adalah duka yang paling berat saat menerbitkan buku. Ada sedikit rasa malu, ada juga rasa tidak percaya diri, begitupun ada rasa takut disebut sombong karena merasa sudah menjadi penulis, dan lain sebagainya.

Sebenarnya, saat pertama-tama menerbitkan buku, menjual untuk mendapatkan keuntungan bukan sesuatu yang sangat saya ingini. Saat menerbitkan buku, yang paling besar keinginan saya adalah ingin buah pikiran (tulisan) saya banyak yang membaca, dan syukur-syukur ada yang merasakan manfaat dari apa yang saya tulis. Keinginan branding nama, sih, ada juga.

Tetap saja, selalu terjadi 'perang' batin antara ingin 'menjual buku' dengan rasa segan, malu, dan tidak percaya diri. Namun, kemudian saya menemukan solusi yang cukup menguntungkan, yaitu barter alias bertukar barang, dalam hal ini buku.

Semula tidak sengaja saya melakukan barter buku ini. Saat saya menerbitkan buku di EDWrite Publishing, bersama beberapa penulis lain-sekitar 10 orang-yang lolos seleksi challenge menulis, saya menawarkan ke salah seorang mereka untuk tukeran buku. 

Setelah disetujui saya pun mengirim buku saya ke alamat dia, dan kemudian dia mengirim bukunya ke alamat saya.

Setelah menerima buku dari teman saya itu, saya kemudian berpikir untuk mencoba hal yang sama dengan teman-teman yang lain. Lalu saya menghubungi teman-teman yang bukunya sama diterbitkan oleh EDWrite Publishing. Beberapa dari mereka pun setuju untuk barter buku.

Setelah itu, sampai saat ini, setiap saya membaca postingan seseorang di FB, yang bercerita telah menerbitkan buku, maka selalu saya kirim pesan (inbox) dan mengajaknya untuk barter buku. Alhamdulillah ... banyak yang bersedia, dan sampai saat ini saya telah memiliki belasan buku hasil dari barter.

Ada dua keuntungan melakukan barter buku ini. Pertama, buku kita tersebar dan otomatis nama kita yang tertera di sampul buku pun ikut tersebar. Lumayanlah untuk branding. Keuntungan kedua, kita mendapatkan banyak buku tanpa membeli. Koleksi buku kita bertambah, ilmu kita bertambah, dan bahan referensi pun bertambah.

Sehingga sekarang banyak yang melakukan barter buku. Baik barter buku karya sendiri, maupun buku-buku dari koleksinya yang sudah tidak diperlukan lagi. Bahkan di FB ada grup khusus untuk barter buku.

Itu pengalaman dan strategi saya 'menjual' buku sendiri.

Anda punya buku dan ingin barter dengan buku saya?

Saya siap!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun