Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Visi Harian Seorang Muslim

4 Juli 2022   14:56 Diperbarui: 4 Juli 2022   15:05 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menentukan visi/sumber: pixabay

Hidup itu hanya terdiri dari tiga waktu; kemarin, hari ini, dan hari esok. Kemarin atau masa lalu adalah waktu yang sudah kita lewati, apa pun yang terjadi dengannya takperlu menjadi beban. Sebagaimana kaca spion yang ada di kendaraan kita, cukup dilirik sekali-kali saja, saat kita mau berbelok, berhenti, atau saat akan menambah kecepatan. Masa lalu pun cukup diingat sekali-kali.

Hari esok atau masa depan adalah waktu yang belum kita jalani. Apa yang akan terjadi dengannya tidak ada yang tahu, kecuali Allah Swt. Sehingga, kita tidak perlu terlalu larut memikirkannya sampai muncul kekhawatiran dan kecemasan.

Hidup sejatinya adalah hari ini. Kenyataannya memang begitu. Di hari ini kita bisa memperbaiki kesalahan di masa lalu. Di hari ini pula kita bisa merencanakan keinginan kita di masa depan. Karenanya, hari inilah yang menentukan capaian kita kelak, apakah keberuntungan ataukah kerugian. Imam Al-Ghazali mengibaratkan hidup itu sebagai perjalanan panjang menuju suatu tujuan. Hari ini, kita sedang melakukan perjalanan itu.

Lalu, apa yang seharusnya kita lakukan pada hari ini?

Rasulullah Saw setiap pagi berdoa, menyampaikan permohonan untuk tiga hal,

"Allahumma inni as-aluka 'ilman naafi'an wa rizqan thayyiban wa 'amalan mutaqobbalan."

"Ya Allah, sungguh aku memohon kepada Engkau; ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima." (HR. Ibnu Majah).

Cukup tiga hal itu yang perlu kita perhatikan dalam menjalani hari ini. Ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima. Dan itu harus menjadi fokus kita dalam melakukan aktivitas hari ini dan hari-hari selanjutnya. Katakanlah, tiga hal itu harus menjadi visi harian kita.

Ilmu adalah jaminan keberhasilan melakukan sesuatu. Ilmu akan mempermudah perjalanan kita menuju surga. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, yang disampaikan oleh Abu Hurairah.
 

"Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim).

Permohonan Rasulullah untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat ('ilman naafi'an), artinya setiap hari kita harus menargetkan ada penambahan ilmu, baik itu ilmu teoritis maupun kemampuan (skill). Baik melalui jalur formal: sekolah, kursus, pelatihan, dan lain-lain, atau pun melalui jalan non-formal.

Apalagi sekarang, peluang mendapatkan tambahan ilmu semakin terbuka lebar. Begitu banyak penawaran kursus atau pelatihan melalui online. Dari yang gratis atau berbayar. Kajian-kajian keislaman pun semakin marak baik berupa tulisan maupun video.

Permohonan kedua Rasulullah Saw adalah rezeki yang baik (rizqan thayyiban). Rezeki yang baik tentu saja berarti halal. Permohonan ini menunjukkan bahwa kita harus berusaha dalam memperoleh rezeki-baik melalui bekerja, berdagang, berbisnis atau apapun-harus memperhatikan cara dan sumber rezekinya.

Tidak melakukan penipuan, pencurian, korupsi, tidak berbuat curang, tidak menyakiti orang lain adalah cara-cara meraih rezeki yang baik. Juga dengan memastikan rezeki yang kita usahakan itu bukan sesuatu yang haram. Baik haram karena jenisnya maupun haram karena prosesnya.

Hal ketiga yang dimohonkan Rasulullah SAW adalah, amal yang diterima ('amalan mutaqobbalan). Ini lebih bersifat transendental, artinya kita harus menjaga agar amaliyah ibadah kita di hari ini, baik ibadah yang wajib maupun yang sunah, dipastikan diterima oleh Allah Swt sehingga mendatangkan pahala. Hal ini akan menuntut kita untuk ikhlas dalam beramal dan berusaha mengikuti contoh dari Rasulullah, karena syarat ibadah itu diterima adalah dikerjakan dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Nabi Saw.

Jadikan ketiga hal tersebut menjadi visi harian kita. Rasulullah Saw dalam hadits di atas memerintah membaca doa itu di pagi hari, di saat kita akan memulai aktivitas seharian. Artinya, tiga hal ini harus dijadikan juga sebagai target kita hari ini.

Namanya target, berarti harus ada evaluasi. apakah target itu terpenuhi atau tidak.

Umar bin Khaththab berkata, "Hasibu Anfusakum Qabla an-Tuhasabu" artinya Hisablah (evaluasi) diri kalian sebelum kalian di hisab". Perkataan Umar bin Khaththab ini mengingatkan kita untuk selalu melakukan muhasabah (evaluasi diri), sebelum kita kelak dihisab oleh Allah Swt di yaumil akhir.

Karena tadi kita membuat visi harian, maka evaluasi pun kita lakukan setiap hari dan dilakukan di akhir hari, sesaat sebelum tidur. Dengan cara kita mengingat-mengingat apa saja yang telah kita lakukan seharian tadi.

Nah, dengan adanya tiga visi harian yang sudah kita tetapkan, akan memudahkan dalam melakukan evaluasi. Setiap malam kita akan mengevaluasi diri, apakah pada hari ini ilmu kita bertambah? Apakah pada hari ini rezeki yang kita peroleh halal dan baik? Dan, apakah amal ibadah kita diterima oleh Allah Swt?

Dengan melakukan evaluasi seperti itu, dan berusaha untuk mendapatkan ketiganya: ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima, akan menjamin setiap hari kita akan meraih peningkatan kualitas hidup. Bukan hanya untuk hidup hari ini tetapi juga untuk hidup nanti di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun