Budi sedang menuju kampus, saat melihat ada operasi di jalan yang akan dilaluinya. Merasa sudah aman, karena SIM, STNK selalu dia bawa, dan taklupa mengenakan helm SNI, dia terus berjalan.
Saat mendekati lokasi operasi, seorang polisi memintanya untuk berhenti. Budi pun menghentikan sepeda motornya.
"Maaf, De. Tolong SIM dan STNK-nya!" perintah pak polisi.
Budi segera merogoh dompetnya dan mengeluarkan SIM dan STNK lalu menyerahkannya pada pak polisi.
Polisi itu memeriksa SIM dan STNK seraya melihat plat nomor motor Budi. Mengecek kesesuaiannya. Pak polisi mengangguk-angguk kecil tapi tidak segera menyerahkan kembali SIM dan STNK.
"Bagaimana, Pak. Oke, kan?" tanya Budi.
"Oke, tapi nanti dulu," jawab pak polisi seraya mengelilingi motor Budi dan sepertinya sedang melihat kelengkapan asesoris. Budi merasa tenang, karena semua lengkap: spion kiri-kanan, knalpot standar, lampu utama nyala, begitupun lampu belok dan lampu rem.
"Oke, Pak?" tanya Budi lagi. Dia ingin segera jalan, karena takut terlambat kuliah.
Beberapa jenak pak polisi terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu. Lalu dia berkata, "Hmmm ... Anda kami tilang!"
"Hah, ditilang kenapa, Pak. Apa kesalahan saya?" Tentu saja Budi kaget.
Pak polisi tidak menjawab, dia malah mengambil pulpen dari sakunya dan mulai menulis di buku tilang.
"Nanti dulu, Pak. Jelasin dulu, kesalahan saya apa?" desak Budi.
"Anda kami tilang karena Anda mengendarai sepeda motor merek Honda, tetapi jaket Anda bertuliskan Suzuki." Dengan ekspresi serius pak polisi menjelaskan kesalahan Budi.
"Oohh ... kalau begitu Anda pun telah melanggar, Pak!" ujar Budi sambil tersenyum.
Pak polisi menghentikan gerakan tangannya saat hendak menulis, lalu bertanya, "Pelanggaran apa?"
"Itu ... Bapak ini polisi, tapi pulpen bapak bertuliskan pilot," jawab Budi.
Pak polisi pun tersenyum sambil menyerahkan kembali SIM dan STNK.
I like Monday>