Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mungkinkah Muncul Pemimpin Seperti Nabi Sulaiman dari Koalisi Semut Merah?

13 Juni 2022   06:06 Diperbarui: 13 Juni 2022   06:17 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilihan Presiden (Pilpres) memang masih cukup lama, 2024. Setahun lebih lagi. Tapi mesin-mesin Parpol sudah mulai dipanaskan. Semua bersiap menghadapi perhelatan 5 tahunan. Apalagi di Pilpres nanti tidak ada incumbent, alias siapa pun yang mencalonkan atau dicalonkan punya peluang yang sama.

Setelah bulan lalu terbentuk Koalisi Indonesia Bersatu yang digagas 3 partai; Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), pekan ini telah terbentuk koalisi baru, Koalisi Semut Merah.

Koalisi Semut Merah dibentuk oleh dua partai yang berbasis Islam, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Koalisi ini terbentuk pasca PKS mengadakan Miladnya yang ke-20, dimana saat itu Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB, menjadi salah satu tokoh yang diberi panggung untuk menyampaikan gagasan-gagasan politiknya.

Tentu saja dibentuknya Koalisi Semut Merah ini perlu, bahkan harus, diapresiasi. Banyak konsideran mengapa harus ditanggapi positif. Pertama, kehadiran koalisi PKS dengan PKB ini-oleh sebagian pengamat politik-dianggap akan menjadi poros ketiga dalam Pilpres nanti. Diharapkan dari koalisi ini muncul pasangan calon Presiden (capres) dan calon Wakil Presiden (cawapres), sehingga di Pilpres 2024 nanti rakyat tidak hanya diberi pilihan 2 pasang capres-cawapres.

Walaupun koalisi 2 partai ini belum memenuhi syarat untuk mengajukan capres-cawapres (Presidential Threshold), yang mensyaratkan minimal 20% jumlah kursi DPR atau 25% dari suara sah nasional. Namun, masih ada kemungkinan parpol lain bergabung, baik yang ada di parlemen seperti Partai Demokrat dan Nasdem, maupun yang ada di luar parlemen seperti PBB.

Untuk diketahui, PKB saat ini di parlemen memiliki 58 kursi atau 9,69% suara nasional, sementara PKS 50 kursi atau 8,21% suara nasional. Sehingga total perolehan suara nasional keduanya 17,9%, kurang 7,1% untuk mencapai 25%, atau sekitar 7 kursi lagi. Dan ini bisa dipenuhi oleh Demokrat, Nasdem, atau PBB. Jadi, besar harapan dari Koalisi Semut Merah ini muncul pasangan capres-cawapres alternatif.

Alasan kedua kenapa Koalisi Semut Merah harus diapresiasi adalah karena pemilih keduanya sama-sama basis massa Islam. Perbedaannya, pemilih PKB mayoritas anggota ormas NU (Nahdlatul 'Ulama) yang lebih dicirikan sebagai pendukung Islam Nusantara, sementara pemilih PKS adalah Muslim yang dianggap lebih condong ke pemikiran Islam Timur Tengah. Dan, ironisnya perbedaan ini yang sering membuat kedua kubu-walaupun tidak semuanya-berseteru di dunia maya.

Sehingga tidak berlebihan kalau pengamat politik, Ujang Komarudin, menanggapi positif terbentuknya Koalisi Semut Merah ini. "Jadi jika jadi berkoalisi, itu kan akan meredam di bawah, agar bergandengan bersama-sama," ujarnya.

Hal senada dikatakan juga oleh Sekjen PKS, Habib Aboe Bakar Al-Habsyi, yang mengatakan bahwa koalisi yang dibangun PKS-PKB menginginkan agar tidak terjadi politik identitas yang berlebihan, polarisasi, dan gesekan di masyarakat.

Kedua pernyataan di atas tentu saja merupakan angin sejuk, saat tensi polarisasi Cebong-Kadrun, pasca Pilpres 2014 dan 2019, kembali memanas jelang 2024. Semoga dengan Koalisi Semut Merah ini kaum Muslimin Indonesia semakin erat Ukhuwah Islamiyah-nya, khususnya untuk melahirkan pemimpin bangsa yang adil, bijaksana, dan mengayomi semua golongan.

Menarik pula apa yang dikatakan Wakil Ketua Umum Pemenangan Pemilu PKB, Jazilul Fawaid, yang mengatakan, "Hari ini menurut saya bukan sosok, namun sistem dan cara pikir yang mempertemukan, yang saya sebut dengan satu kalimat yang mempertemukan, mengutuhkan, mendamaikan. Tidak ada lagi pembelahan, tidak ada lagi saling menjatuhkan, tidak ada lagi politik yang saling menghina."

Sebuah pernyataan yang juga menggembirakan, yang menunjukkan dalam Pilpres nanti tidak lagi hanya fokus pada sosok atau figur 'siapa', tetapi lebih kepada figur 'yang bagaimana'.

Hal menarik lain dari koalisi ini adalah nama koalisi yang mengambil nama Semut Merah. Semut adalah hewan yang dikenal dengan semangat gotong royongnya, serta kuat silaturrahimnya (dicirikan dengan selalu bersalaman saat bertemu). Semoga kedua karakter semut tersebut mewarnai juga perjalanan politik kedua partai yang berkoalisi.

Satu hal lagi yang paling menarik, setidaknya ini menurut penulis, pengambilan nama semut sebagai nama koalisi ini bukan hanya karena dua ciri semut di atas (gotong royong dan suka silaturrahim), tetapi karena semut adalah juga nama salah satu surat dalam Al-Quran, yaitu surat ke-27, surat an-Naml.

Dan menariknya, dalam surat an-Naml tersebut ada kisah Nabi Sulaiman yang juga seorang raja. Dalam surat an-Naml disebutkan Nabi Sulaiman adalah sosok pemimpin (raja) yang sangat berkuasa (semua makhluk menjadi bawahannya, termasuk jin, hewan dan angin), pintar (menguasai teknologi teleporter), kaya (sampai sekarang tidak ada yang melampaui kekayaan beliau), dan mengayomi rakyat kecil (tidak mau menginjak semut).

Semoga tidak terlalu berlebihan kalau penulis berharap akan lahir dari Koalisi Semut Merah ini pemimpin yang-setidaknya mendekati-memiliki karakter seperti Nabi Sulaiman.

Semoga saja, karena saya sebagai rakyat kecil, mampunya hanya berharap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun