Suatu hari Nabi Daud As, yang juga seorang Raja, sedang menghadapi dua orang rakyatnya yang sedang berselisih. Sementara Sulaiman, putranya yang masih belia, duduk di bawah singgasana sedang bermain-main dengan mainannya.
Dua orang yang menghadap kepada Nabi Daud As itu, yang seorang pemilik kebun anggur, dan yang seorang lagi pemilik peternakan kambing.
"Ya Baginda yang terhormat, saya datang menghadap kepada tuan untuk mengadukan perbuatan orang ini." Berkata demikian, si pemilik kebun menunjuk orang yang berdiri di sebelahnya.
"Hmmm ..., apa yang ingin kau adukan?" berkata Nabi Daud As dengan penuh kewibawaan.
"Orang ini seorang peternak kambing. Kemarin lusa, karena kelalaiannya, kambing-kambingnya memasuki kebun anggur saya, memakan buah-buah anggur yang sebentar lagi akan panen, juga menginjak-nginjak pohon anggur, sehingga kebun anggur saya menjadi rusak," adu si pemilik kebun anggur.
Nabi Daud menoleh ke si pemilik kambing. "Betul, apa yang dikatakannya?"
"Betul, Tuan. Tapi dia pun bersalah, tidak memagari kebunnya dengan rapat, sehingga kambing-kambing saya bisa masuk. Bukankah kambing hanya binatang yang tidak tahu mana yang boleh dimakan mana yang tidak?" sanggah si pemilik kambing.
Untuk beberapa jenak Nabi Daud terdiam. Si pemilik kebun anggur jelas dirugikan, tapi di sisi lain, apa yang dikatakan si pemilik kambing ada benarnya juga.
Namun keputusan tetap harus diambil. Bagaimanapun dua orang rakyatnya itu telah jauh-jauh datang ke istana untuk meminta keputusan yang dapat menengahi perselisihan mereka.
"Baik, karena jelas ini keteledoranmu, maka keputusannya adalah, kambing-kambingmu harus diserahkan ke dia, sebagai pengganti pohon anggurnya yang rusak." Nabi Daud berkata seraya menoleh ke si pemilik kambing dan menunjuk si pemilik kebun anggur.