Mengubah kebiasaan masyarakat memang tidak gampang. Inovasi yang kita tawarkan belum tentu langsung diterima masyarakat. Masih ingat, kan, bagaimana susahnya Aqua dulu menawarkan air putih dalam kemasan botol?
Selain Aqua, banyak brand lain, yang perlu perjuangan ekstra sebelum diterima pasar dan sukses sampai saat ini. Mereka melakukan Marketing, yang efektif dan sekaligus efisien, untuk membuat market tahu kalau sudah ada solusi untuk masalah mereka.
Sepertinya kisah Otto Frederick Rohwedder dan mesin pemotong rotinya masih relevan kita ceritakan, sebagai bukti bahwa untuk mendobrak pasar, inovasi saja tidak cukup.
Sampai menjelang tahun 1900an, bentuk roti tawar yang dibuat dan dikemas prabik lalu dijual di toko-toko, masih berbentuk bongkahan besar, seperti bantal.
Masyarakat sebenarnya merasakan ini sebagai masalah, tapi karena penyelesaiannya sederhana, tinggal sobek aja rotinya, mereka jadi tidak terlalu menganggap serius problem itu.
Namun, Otto Frederick Rohwedder jeli. Dia berpikir, walau sederhana, masalah adalah masalah, kalau ada solusi pasti akan disambut pasar.
Otto berpikir, 'Bagaimana kalau rotinya dijualnya dalam bentuk sudah terpotong rapi, tidak perlu disobek-sobek lagi?' (seperti rot-roti yang kita beli sekarang)
Kemudian Otto membuat desain mesin pemotong roti. Penelitian mesin pemotong roti ini dimulai Otto sejak tahun 1912, dan butuh 15 tahun dia melakukan penelitian dan percobaan, sampai kemudian mematenkan penemuannya itu.
Dan sejak itu, roti-roti tawar yang segeda bantal itu, tidak ditemukan lagi di toko-toko, yang ada sekarang roti yang sudah teriris rapi dengan ukuran seragam.
Tentu saja penemuan Otto ini sebuah terobosan yang amazing, fenomenal. Sangat problem solver. Sangat memudahkan masyarakat. Pasti pasar akan merespon roti dalam kemasan baru ini dengan antusias. Dan terbayang, penjualan roti tawar akan meningkat drastis.