Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hukum Newton di Bulan Ramadan

6 Mei 2022   10:08 Diperbarui: 6 Mei 2022   10:11 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kek, nanti malam, kan, ga Tarawih. Kakek bisa cerita lagi, dong?" Umar bertanya seraya mendekati kakeknya yang sedang membaca.

Sudah rutin, setiap akhir pekan kakek mengunjungi kedua cucunya. Dan sudah menjadi ritual, setiap malam, kakek akan bercerita berbagai hal, kepada Ahmad dan Umar. Namun, di bulan Ramadan, acara ritual tersebut tidak ada, karena mereka harus salat Tarawih.

"Insya Allah!" jawab kakek seraya menoleh menatap wajah cucunya, disertai, seperti kebiasaannya, tangannya mengacak-acak rambut cucunya yang masih kelas 2 SD itu.

"Asyiiik ....!"

***

Forum cerita kakek malam itu berbeda dari biasanya. Istimewa, karena ibu menyuguhkan 2 toples kue lebaran, nastar dan bola Salju ditambah masing-masing semangkuk es buah.

"Malam ini kakek tidak akan menceritakan sebuah kisah, tetapi akan menjelaskan tentang hubungan Hukum Newton dengan puasa." Kakek membuka forum.

"Hukum Newton? Apa itu, kek?" Umar bertanya.

"Hukum Newton yang dipelajaran IPA itu, kek?" Ahmad, kakak Umar yang kelas 5 SD, ikut bertanya.

Kakek menyempatkan tersenyum sebelum menjawab, "Betul, Ahmad. Kamu pernah belajar tentang Hukum Newton, kan?"

"Pernah, kek. Hukum Newton ada 3. Hukum Newton 1, 2, dan 3," jawab Ahmad.

"Bagus!" Kakek menunjukkan jempolnya. Lalu dia menoleh ke arah Umar. "Newton itu seorang ilmuwan dunia, seorang penemu."

"Seperti Thomas Alfa Edison, penemu bola lampu, kek?" Tanya Umar.

"Mirip. Kalau Edison menemukan benda, nah si Newton ini menemukan teori. Karena teorinya itu dipakai sampai sekarang, maka teorinya itu disebut Hukum Newton," jelas kakek.

Melihat Umar terdiam, sepertinya masih bingung dengan penjelasan kakek, kakek melanjutkan, "Nanti kamu akan mengerti. Sekarang, Ahmad, coba sebutkan bagaimana bunyi Hukuk Newton 1!"

Ahmad menggaruk-garuk kepala sambil tersenyum. "Ga apal, kek."

"Ya sudah, cari di Wiki!"

Ahmad meraih ponselnya dan membuka Wikipedia. Tak lama kemudian dia berkata, "Hukum Newton 1 berbunyi, 'Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan tetap, selama tidak ada gaya eksternal yang mengenainya'."

"Begini penjelasan Hukum Newton 1 tersebut dalam kehidupan sehari-hari." setelah berkata demikian, kakek meraih gelas kopinya lalu mereguknya.

"Kalian pernah, kan, waktu naik mobil, tiba-tiba mobilnya direm mendadak?" lanjut kakek.

"Pernah, kek, sekali. Waktu itu ayah mau menabrak kucing yang lewat," jawab Umar.

"Nah, waktu mobil itu direm mendadak, apa yang terjadi?"

"Kita terdorong ke depan, kek. Malah Umar kepalanya hampir membentur dashboard karena lupa tidak pakai sabuk pengaman," jawab Ahmad, dibenarkan oleh Umar dengan mengangguk.

"Nah, kenapa terdorong? Karena saat direm itu, kalian cenderung mempertahankan keadaan, yang saat itu sedang bergerak. Jadi beberapa detik setelah direm, kalian tetap bergerak akibatnya jadi terdorong ke depan."

Ahmad dan Umar serempak mengangguk. Mereka mulai memahami penjelasan kakek.

"Begitupun jika kalian duduk di dalam mobil yang berhenti, tiba-tiba ayah kalian menginjak pedal gas, sehingga mobil mendadak maju. Tubuh kalian akan terdorong ke belakang, kan? Kenapa? Karena kalian sedang diam, mempertahankan keadaan. Jadi, intinya, menurut Newton, semua benda termasuk kita, akan selalu mempertahankan keadaan. Nah, puasa pun begitu," lanjut kakek.

"Maksudnya, kek?" tanya Ahmad.

"Coba ingat-ingat, saat hari pertama dan kedua puasa, kalian bangun untuk makan sahur, pasti susah bangun, kan?"

"Iya, kek!" Umar yang menjawab seraya tersenyum.

"Itu karena kalian belum biasa. Biasanya, kan, jam segitu kalian tidak bangun. Tapi lama-lama, lewat pertengahan Ramadan, kalian bangun sahur tidak susah lagi. Itu pun karena kalian sudah terbiasa."

"Betul, kek. Bahkan ke sininya, otomatis jam 3 suka bangun sendiri. Kalau Umar, sih, masih suka dibangunkan," ujar Ahmad seraya menoleh ke Umar.

"Wew ... aku, kan, masih kecil."

"Nah ... itu. Karena dibiasakan, maka perubahan yang terjadi jadi tidak terasa. Sama dengan kalian sedang naik mobil, lalu ayah kalian mengeremnya pelan-pelan, kalian tidak terdorong, kan?

"Di bulan Ramadan ini Allah seolah memaksa kita melakukan kebiasaan baik, seperti bangun jam 3, salat malam atau tarawih, atau memperbanyak tilawah. Awalnya, kan, kebiasaan tadi kita berat melaksanakannya, tapi lama-lama jadi biasa. Bahkan di akhir Ramadan, kita tidak merasa berat lagi.

"Jadi hikmahnya, kebiasaan-kebiasaan baik tadi, di bulan Syawal dan seterusnya harus dipertahankan, sehingga tetap menjadi kebiasaan kita sehari-hari. Dan menurut Hukum Newton, kebiasaan itu akan tetap, kecuali jika kalian sendiri mengubahnya pelan-pelan, maka kebiasaan itu akan hilang."

"Hilang bagaimana, kek?"

"Ya ... misalnya besok, saat jam 3 kalian bangun karena sudah biasa, tetapi karena merasa bukan bulan Ramadan, kalian malah tidur lagi. Jika itu dilakukan setiap malam, maka kebiasaan bangun jam 3 itu akan hilang. Kalian akan berat lagi nanti kalau mau bangun jam 3.

"Begitupun kebiasaan yang lain. Misalnya, Ahmad biasanya suka tilawah bada Subuh setengah juz, lalu di bulan Syawal nanti dan seterusnya tidak pernah lagi, maka kebiasaan tilawah bada Subuh itu akan hilang. Dan akan terasa berat lagi, kalau mau memulai lagi.

"Jadi, sesuai namanya, Syahrut Tarbiyah, Ramadan adalah bulan pendidikan, maksudnya mendidik atau melatih kita selama sebulan penuh melakukan perbuatan baik, yang kemudian kita jadikan kebiasaan di bulan-bulan berikutnya. Sehingga selesai Ramadan, kita menjadi orang-orang yang selalu bebuat baik."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun