Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Jejak Sedekah

29 April 2022   07:36 Diperbarui: 29 April 2022   07:49 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: kompasiana.com/saumiman

Sudah dua pekan warga kampung Cikijing dibingungkan dengan kejadian yang terjadi setiap malam.

Setiap subuh selalu ada satu atau dua warga yang dikagetkan mendapatkan setengah karung beras plus sekilo gula dan segandu garam di depan pintu rumah mereka.

Selama dua pekan itu hampir semua warga kebagian 'bingkisan ajaib', demikian warga kemudian menyebutnya. Dan selama itu pula belum diketahui siapa dermawan yang malam-malam blusukan menyimpan bingkisan ajaib.

Si dermawan membagikan bingkisan Ajaib itu secara acak, dan tidak tentu juga berapa rumah yang malam itu mendapatkan bingkisan Ajaib. Biasanya semalam ada dua rumah, tapi terkadang Cuma satu rumah.

Pernah beberapa orang berusaha mengintip, malam-malam, untuk mengetahui siapa si dermawan itu. Namun, si dermawan seperti tahu akan diintip. Saat orang-orang mengintip di sebelah utara kampung, si dermawan beraksi di sisi selatan kampung.

"Menurutmu siapa, ya, orang baik yang tiap malam membagikan beras itu?" tanya Jumadi pada Karno. Keduanya sedang mengaso selepas mencangkul di sawah juragan Haji Sobarna.

Karno menyempatkan menghisap rokok dan mengepulkan asapnya dengan pelan, seolah berharap ada jawaban dari kepulan asap rokok itu. "Entahlah! Aku pun bingung. Saat di pagi aku mendapatkan bingkisan Ajaib itu, malamnya padahal ngobrol sama istriku sampai larut, ga mendengar suara orang berjalan ke rumahku. Entah jam berapa si dermawan itu menyimpan bingkisannya di depan pintu rumahku."

"Persis! Aku pun sama, empat hari yang lalu saat mendapatkan bingkisan ajaib, malamnya aku tidak tidur sampai tengah malam karena anakku sakit panas. Aku pun tidak mendengar apa-apa di luar rumah," timpal Jumadi.

"Mungkinkah malaikat?" tanya Karno.

"Yang jelas manusia berhati malaikat. Mana mungkin, lah ... kalau malaikat," jawab Jumadi seraya mengulurkan tangannya meraih kopinya yang tinggal separuh gelas.

"Ya ... semoga saja manusia-manusia berhati malaikat semakin banyak di kampung kita." Karno membuang rokoknya setelah memadamkannya dengan menekankannya ke tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun