Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tiga Basis Hablum Minannas

21 April 2022   08:46 Diperbarui: 21 April 2022   08:51 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi hablum minannas / dokpri

Ada satu hadis yang selalu diajarkan kepada anak-anak TKIT (Taman Kanak-kanal Islam Terpadu), yaitu hadis berikut,

"Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, Rasulullah Saw bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir, maka hendaknya dia berbicara yang baik atau (kalau tidak bisa hendaknya) dia diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir maka janganlah ia menyakiti tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tamunya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Ada tiga sikap hidup dalam redaksi hadis di atas; berkata yang baik, jangan menyakiti tetangga, dan memuliakan tamu. Ketiga sikap itu, menurut saya, adalah sikap dasar dalam berhubungan antar manusia atau Hablum minannas.

Dan kemudian saya jadi sangat paham, mengapa guru-guru TKIT mengajarkan hadis di atas kepada anak didiknya. Karena ini dasar, maka selayaknya ditanamkam sedini mungkin, dengan harapam ketiga sikap dasar itu akan menjadi bekal kelak saat Hablum minannas.

Berkata baik atau diam

Lidah memang tidak bertulang. Itu istilah untuk menjelaskan begitu gampangnya kita mengeluarkan perkataan. Namun, sebagai seorang yang ingin disebut beriman kepada Allah Swt dan hari akhir kita dituntut untuk menjaga lisan atau perkataan kita. Kita diperintahkan, di hadis di atas, untuk hanya berkata sesuatu yang baik, dan lebih baik diam kalau tidak ada hal baik yang perlu diucapkan.

Sayidina Umar bin Khaththab pernah mengatakan, 'cukup dikatakan berdusta, orang yang mengatakan apa-apa yang dia ketahui'. Kenapa disebut berdusta? Karena saat kita mengatakan semua yang kita ketahui, tanpa melihat urgensinya, terkadang terselip 2-3 kalimat penambah yang bisa saja itu bukan yang sebenarnya.

Hubungan sesama manusia atau Hablum minannas sering terganggu gara-gara perkataan yang tidak terjaga. Dan di era medsos (media sosial) perkataan (lisan) sudah digantikan oleh teks (tulisan). Fungsi lidah sudah diwakili oleh jari-jari.

Ironisnya, dengan medsos semakin mudah saja setiap orang mengatakan (menuliskan) sesuatu, tanpa harus menilai baik buruknya. Saya pernah menulis artikel di Kompasiana berkenaan dengan lisan diganti tulisan ini, dengan judul 'Lebih Baiknya tidak Menulis'. 

Silahkan baca di sini.

Perkataan, atau tulisan, sesuatu yang penting dijaga untuk memelihara hubungan baik dengan sesama, sehingga tepat kalau menjaga lisan (tulisan) menjadi salah satu basis dalam menjaga Hablum minannas.

Jangan Menyakiti Tetangga

Sebagai makhluk sosial yang memerlukan pertolongan orang lain, maka tetanggalah yang pertamakali akan kita mintai tolong. Sehingga tidak heran kalau ada istilah 'tetangga adalah saudara dekat kita'.

Mereka bukan saudara kandung kita, tetapi merekalah yang akan datang pertama saat kita membutuhkan pertolongan. Dengan catatan, hubungan kita baik dengan mereka. Oleh karenanya, teks hadis di atas bukan 'menghormati tetangga', melainkan 'jangan menyakiti tetangga'. Karena memiliki tetangga yang membenci kita, karena kita menyakiti mereka, sama saja dengan memiliki kehidupan yang sempit dan tidak aman.

Hubungan baik dengan tetangga adalah basis kedua dalam menjaga Hablum minannas.

Memuliakan Tamu

Kenapa kita harus memuliakan tamu?

Imam al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, menulis bahwa manusia diciptakan Allah Swt sebagai makhluk yang tidak berdiri sendiri. Takdirnya manusia adalah makhluk berkelompok. Oleh karenanya, manusia membutuhkan makhluk sejenis, baik untuk berkumpul maupun bertukar kebutuhan. Dan sebagai pintu awal untuk itu adalah bertamu atau menerima tamu.

Memuliakan tamu bisa diartikan juga kita harus senang saat kedatangan tamu, karena Rasulullah Saw pernah bersabda,

"Apabila seorang tamu masuk ke rumah seorang mukmin, maka masuk pula bersama tamu itu seribu rahmah dan seribu berkah. Allah akan menulis untuk pemilik rumah itu pada setiap suap makanan yang dimakan oleh tamunya seperti pahala haji dan umrah." (HR. Dailami)

Memuliakan tamu adalah upaya menjaga hubungan baik dengan orang-orang yang jauh dari kita, sehingga ia pun merupakan basis dalam Hablum minannas.

Dengan memakai kalimat 'barangsiapa yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir', hadis di atas menekankan bahwa ketiga basis Hablum minannas ini harus menjadi karakter bagi seorang Muslim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun