Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mencegah Anak Terpapar Konten Porno

12 April 2022   03:28 Diperbarui: 12 April 2022   18:24 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggunaan HP saat ini sudah tidak ada batas usia. Walaupun idealnya ada aturan penggunaan HP disesuaikan dengan usia, tetapi pandemi virus Covid-19 telah meniadakan aturan tersebut. Dampaknya tentu saja anak-anak kita, yang seharusnya belum boleh memegang HP, terpaksa setiap hari harus memainkan HP.

Saat belajar tatap muka di kelas dilarang, untuk mencegah penyebaran virus, maka alternatifnya adalah daring (online). Untuk daring, mau tidak mau, fasilitasnya harus HP, plus jaringan internet.

Siswa harus memegang HP untuk menerima pelajaran dari gurunya. Dan, itu awal dari masuknya efek negatif internet kepada anak.

Pengalaman saya, tentu Anda rasakan juga, anak-anak saya belajar daring paling menghabiskan waktu 2-3 jam, sisanya saya tidak bisa mengontrol apa yang 'dimainkan' anak dengan HP plus jaringan internetnya.

Padahal, penggunaan HP (+ jaringan intenet) yang tanpa pengawasan, dan tidak terarah dapat memiliki konsekuensi negatif bagi kesehatan fisik dan mental anak-anak. Dan yang paling dikhawatirkan orang tua adalah anak-anak kita mengakses konten-konten pornografi, materi dewasa, dan konten seksual lainnya.

Penting bagi orang tua untuk memahami bagaimana konten pornografi, materi dewasa, dan konten seksual lainnya memengaruhi otak anak-anak.

Kecanggihan HP dan teknologi internet turut mempermudah anak-anak kita mengakses konten-konten tersebut. Tahun 2020 KPAI pernah mengadakan hasil survei nasional KPAI dalam situasi pandemi Covid-19.

Hasilnya seperti yang disampaikan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto, berikut,

"KPAI melakukan survei nasional dalam situasi pandemi Covid-19, tampaknya terpotret hal yang butuh dicermati bagi penyelenggara daerah, ada 22 persen anak kita yang masih melihat tayangan tidak sopan, bermuatan pronografi, yang tidak sesuai dengan Indonesia."

Saat ini, konten dewasa (porno) hadir dalam berbagai bentuk dan dapat ditemukan dengan berbagai media; video, gambar, kartun, game, audio, streaming langsung, aplikasi, dan materi tertulis.

sumber: haibundacom
sumber: haibundacom

Berikut ini beberapa dampak konten dewasa terhadap anak yang harus diketahui orang tua.

Hubungan Seksual Dini

Seorang anak, terutama yang mulai beranjak dewasa, saat melihat tayangan aksi porno tentu akan membangkitkan keinginannya untuk merasakan hal yang sama. Hal ini akan lebih parah kalau pergaulan pun tanpa pengawasan.

Banyak kasus yang viral bagaimana sepasang anak SMA tertangkap kamera sedang melakukan seperti apa yang mereka lihat di konten-konten dewasa.

Kecanduan Konten Porno

Tidak bisa dipungkiri anak-anak yang terpapar 'virus' porno, karena sering melihat konten dewasa, akan terjangkit kecanduan menikmati konten-konten porno. Paparan virus porno ini dapat menyebabkan gangguan terhadap perkembangan sosial dan interpersonal mereka.

Paparan virus porno dapat merusak kompas moral anak. Bahkan berpotensi mengarahkan mereka untuk melakukan tindakan seksual terhadap orang lain; melakukan tindakan pemerkosaan, pencabulan, atau kekerasan seksual.

Mendorong Tindakan Kekerasan

Konten dewasa dengan kekerasan akan sangat mendistorsi cara anak-anak melihat dunia ini. Contoh kasus yang terjadi tahun 1970-an di USA. Theodore Robert (Ted) Bundy, seorang Pembunuh berantai yang terkenal tahun 1970-an, yang menjalankan aksinya disertai pemerkosaan kepada korbannya, disinyalir terpapar virus pornografi sejak usia dini.

Gangguan Kecanduan Internet

Penggunaan internet yang berlebihan untuk melihat konten dewasa dapat berdampak pada pikiran anak-anak, dan dapat menyebabkan gangguan seperti rendah diri, kebiasaan tidur yang buruk, apatis, dan sering berpikir untuk bunuh diri.

Penggunaan internet secara terus-menerus untuk melihat konten agresif atau eksplisit dapat mengubah struktur mental anak sedemikian rupa sehingga mereka menjadi terobsesi dengan rangsangan seksual apa pun yang mereka lihat.

Bagaimana solusinya supaya pengarus buruk di atas tidak menimpa anak kita?

Mulailah dengan memberi pemahaman kepada anak-anak kita. Bicaralah tentang konten dewasa dan efek negatifnya pada mereka, orang lain, dan keluarga. Diskusikan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dan bicarakan tentang cara yang realistis untuk menghindari dampak buruknya.

Menetapkan dan menyepakati beberapa aturan seputar penggunaan HP. Diskusikan mengapa konten dewasa dapat memengaruhi kesehatan mental dan emosional anak. Karena anak-anak akan menemukan konten dewasa secara senagaja atau tidak sengaja.

Bersikap tenang saat anak kita terindikasi suka melihat konten dewasa. Cobalah untuk mendekatinya dengan tenang. Jika kita kesal atau marah, anak kita akan merasa tidak ingin curhat kepada kita saat mendapat masalah.

Jika anak kita secara tidak sengaja melihat konten dewasa, minta mereka untuk memberitahu kita bagaimana mereka menemukannya, di mana itu terjadi, siapa (jika ada) yang menunjukkannya kepada mereka dan bagaimana perasaan mereka ketika melihatnya.

Yakinkan anak Anda bahwa mereka tidak dalam masalah, cobalah untuk memahami daripada memarahi atau menghukum. Karena ketika anak-anak takut akan hukuman, mereka akan menutup diri secara emosional. Mereka mungkin enggan untuk berbicara. Ini dapat menyebabkan anak kita menyembunyikan perilakunya.

Cobalah untuk tidak menghapus aplikasi sepenuhnya, karena mereka akan menganggap sebagai hukuman, dan mereka akan mencuri-curi untuk melihatnya lagi.

Jika mereka berbohong dengan mengatakan bahwa mereka tidak menonton konten dewasa, tetapi kita tahu bahwa mereka telah menontonnya, yang terbaik adalah memberi tahu mereka tentang pengaruh buruknya, daripada marah kepada mereka karena berbohongnya.

Apakah anak kita merasa baik, buruk, aman, takut, tidak nyaman, penasaran, jijik atau yang lainnya? Salah satu atau semua perasaan ini adalah reaksi normal.

Cari bantuan profesional jika kita khawatir anak sudah terpapar virus porno. Dorong anak kita untuk berbicara atau bertanya tentang apa pun yang mereka ketahui yang mereka temukan di internet. Beri tahu mereka bahwa mereka dapat berbicara dengan kita kapan saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun