Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Keuntungan yang Berlipat-Lipat

2 April 2022   17:02 Diperbarui: 2 April 2022   17:06 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Madinah masih di waktu duha, namun sorot mentari, panasnya, seolah sudah berada di puncak hari. Kemarau yang telah melanda beberapa bulan menjadikan siang lebih cepat dan sinar matahari terasa lebih panas.

Kemarau telah menyebabkan paceklik dan menimbulkan duka bagi kebanyakana warga kota Madinah. Duka yang menambah kesedihan setelah beberapa bulan yang lalu mereka kehilangan sosok yang paling dicintai oleh kaum Muslimin di mana pun. Sosok yang juga disegani oleh kaum-kaum pembenci Islam. Sosok yang telah membawa bangsa Arab dari kejahiliyahan menuju bangsa yang dikagumi bangsa-bangsa lain, termasuk Persia dan Romawi.

Rasulullah Saw, hamba yang paling dicintai penciptanya, telah menyelesaikan tugasnya menyampaikan risalah Islam. Beliau wafat setelah beberapa pekan menderita sakit panas. Wafatnya beliau, yang bahkan awalnya tidak dipercayai oleh Umar bin Khaththab, telah menyelimuti kota Madinah dengan kesedihan yang sangat.

Abu Bakar ash-Shiddiq ra dipilih secara aklamasi menjadi khalifah, menggantikan tugas Rasulullah menjadi Amirul Mukminin, pemimpin orang-orang beriman. Abu Bakar yang lembut, penyabar tetapi tegas, telah membuktikannya saat menumpas pemberontakan para pengikut nabi palsu.

Namun, Abu Bakar tidak mampu menyelesaikan problem yang dihadapi umatnya, problem paceklik akibat kemarau. Kemarau telah menjadikan perkebunan mengering. Jangankan berharap panen dengan buah-buahan yang lebat, sekadar mempertahankan tanaman dapat hidup saja sangat sulit.

Kemarau juga telah menjadikan komoditas, yang dibutuhkan masyarakat Madinah sehari-hari, menjadi langka. Kalau pun ada harganya melambung berkali-kali lipat karena ulah para tengkulak.

Dalam kondisi yang memprihatinkan itu, selalu saja ada orang-orang yang memanfaatkannya untuk keuntungan pribadi. Para tengkulak atau bandar telah memborong semua komoditas yang sangat dibutuhkan masyarakat, dan mereka baru akan menjualnya jika ada yang sanggup membeli dengan harga yang telah dinaikkan, beberapa kali lipat dari harga normal.

Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq tidak bisa berbuat banyak, kas yang ada di Baitul Maal pun sedang tidak banyak, hanya cukup untuk jaga-jaga apabila ada kejadian luar biasa yang membutuhkan dana.

Menjelang tengah hari tersiar kabar bahwa rombongan dagang Utsman bin Affan tidak lama lagi akan sampai di Madinah dari Syam.

Utsman bin Affan adalah salah seorang pedagang kaya yang ada di Madinah. Perdagangannya yang sukses membuat dia menjadi saudagar di antara beberapa saudagar yang menguasai pasar-pasar Madinah.

Beberapa bulan yang lalu, Utsman bin Affan membawa rombongan dagangnya berangkat ke Syam. Mereka membawa komoditas asal Madinah untuk dijual di Syam, dan dari Syam nanti akan membawa barang dagangan yang diperlukan di Madinah.

Kabar kedatangan kafilah dagang Utsman bin Affan terdengar pula oleh para tengkulak atau bandar. Mereka sudah bersiap akan menyambut rombongan dagang Utsman bin Affan sebelum sampai di kota Madinah.

Itu adalah perilaku licik mereka yang sering mereka lakukan selama ini. perilaku licik itu pula yang menyebabkan mereka dapat menguasai barang-barang yang diperlukan masyarakat. Mereka kemudian akan menahan barang-barang tersebut, dan ketika sangat dibutuhkan, mereka akan menjualnya dengan harga berkali-kali lipat.

Mereka pun, para tengkulak itu, segera berangkat ke luar kota Madinah untuk menyambut rombongan dagang Utsman bin Affan.

Setelah beberapa jam menunggu rombongan dagang Utsman bin Affan pun tiba. Para tengkulak itu segera menghentikannya.

"Wahai Utsman, Anda tidak usah repot-repot berjualan di Madinah. semua barang dagangan yang Anda bawa dari Syam akan kami beli." Salah seorang tengkulak menghampiri Utsman bin Affan.

Utsman bin Affan yang semula kaget ada beberapa orang mencegat rombongan dagangnya menjadi paham. Utsman bin Affan pun tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia mulai mengerti siapa orang-orang yang mencegatnya dan apa maksud mereka.

"Memangnya kalian mau membeli berapa barang dagangan saya ini?" tanya Utsman bin Affan.

"Kami akan membeli dengan harga dua kali lipat dari harga biasanya," jawab salah seorang tengkulak.

Utsman bin Affan tidak menjawab, hanya menggeleng.

"Bagaimana kalau empat kali lipat?" tanya tengkulak yang lain.

Utsman bin Affan kembali menggelengkan kepalanya.

Para tengkulak kemudian terlibat pembicaraan di antara mereka. bisik-bisik mereka pun terdengar oleh Utsman bin Affan. Dia hanya tersenyum mendengarnya.

Setelah beberapa jenak, para tengkulak itu berpaling kepada Utsman bin Affan. "Kami sepakat akan membeli semua barang dagangan Anda dengan harga tujuh kali lipat."

Utsman lagi-lagi menggeleng, yang tentu saja membuat para tengkulak kaget. Harga tujuh kali lipat adalah harga yang sangat tinggi, yang belum pernah selama ini mereka menawar setinggi itu.

"Sudahlah, kalian tidak akan sanggup membeli barang daganganku ini." tegas Utsman bin Affan.

"Memangnya Anda mau jual berapa?" Para tengkulak penasaran.

"Tujuh ratus kali lipat."

"Hah ... gila! Memangnya ada yang akan sanggup membeli tujuh ratus kali lipat?" Jawaban Utsman bin Affan itu membuat mata mereka terbelalak, sekaligus terkejut, siapa pula orang yang sanggup membeli dengan harga setinggi itu.

"Ada, Allah!" jawab Utsman bin Affan singkat.

Utsman bin Affan kemudian membaca sebuah ayat al-Quran*.

"Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui."

"Aku akan menginfakkan semua barang dagangan ini untuk masyarakat Madinah, sehingga mereka tidak kelaparan lagi."

*QS. Al-Baqarah: 261

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun