Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pedagang yang Sangat Beruntung

31 Maret 2022   16:09 Diperbarui: 31 Maret 2022   16:13 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: quotehijrah

Derap kaki kuda semakin terdengar jelas, meninggalkan kepulan debu bercampur pasir di belakangnya. Dan itu menunjukkan para pengejar semakin mendekat. Takmau terkejar, Shuhaib bin Sinan menarik tali kekang kudanya semakin kencang. Kuda hitam yang ditungganginya pun berlari semakin kencang, seolah memahami kegelisahan tuannya.

Suhaib bin Sinan berkali-kali menengok ke belakang, memastikan para pengejarnya cukup jauh dan ia berharap mereka tidak mampu mengejarnya sebelum dia sampai di tujuan.

Hingga kemudian tiba di sebuah lekukan di padang pasir, kaki kuda Suhaib bin Sinan membentur pokok pohon kurma yang mati dan mengering. Takayal, kuda Suhaib tersungkur karena kaki depannya tertekuk. Suhaib bin Sinan yang ada di atasnya turut terjerembab.

Belum sempat Suhaib bin Sinan berdiri, beberapa kuda sudah mengelilinginya, dan beberapa jenak kemudian para penunggangnya turun dan langsung menghunuskan pedang mereka, mengurung Suhaib.

"Hai, Shuhaib, aku tahu kamu sudah jadi pengikut Muhammad dan sekarang akan menyusulnya ke Yatsrib. Tapi takbisa semudah itu." Salah seorang penunggang kuda berteriak. Pedang di tangannya dia sentuhkan ke pelipis Suhaib bin Sinan.

"Ap-apa yang kalian inginkan?" tanya Suhaib bin Sinan seraya menatap wajah-wajah pengejarnya. Ia lalu bangkit sambil menepuk-nepuk pakaiannya yang penuh pasir.

"Wahai Suhaib, engkau bukan orang Makkah, engkau datang sebagai budak, lalu setelah majikanmu membebaskanmu kau mulai berdagang, sehingga engkau yang semula miskin dan hina berubah menjadi orang yang berharta." Seorang penunggang kuda lain berkata, dia ada di belakang Suhaib, sehingga memaksanya menggerakkan kepalanya untuk menoleh ke belakang.

Suhaib bin Sinan tidak menjawab, memorinya teringatkan pada perjalanan hidupnya. Suhaib bin Sinan terlahir di Persia, tepatnya di kota Ubullah. Saat orang-orang Romawi menyerang daerah tersebut, Suhaib bin Sinan pun menjadi tawanan dan kemudian dijual sebagai budak kepada seorang kaya Romawi. Kemudian dia tumbuh besar di wilayah Romawi, oleh karenanya ia sering juga dipanggil Suhaib bin Sinan ar-Rumi.

Suatu saat tuannya menjualnya kepada salah satu orang kaya dari Makkah, yang bernama Abdullah bin Jad'an. Beberapa lama bekerja bersama tuan barunya tersebut, Suhaib memperlihatkan kualitas diri yang menunjukkan dia tidak layak menjadi seorang budak. Ia memiliki kecerdasan, etos kerja yang tinggi, dan ketulusan hati. Lalu Abdullah bin Jad'an pun membebaskan Suhaib ar-Rumi, dan berubahlah statusnya dari seorang budak menjadi orang merdeka. Setelah menjadi orang merdeka Suhaib bin Sinan mulai berdagang, dan karena keuletannya dalam berdagang, maka beberapa tahun kemudian dia menjadi pedagang yang sukses.

Kemudian saat mendengar ada pembawa risalah baru yang bernama Muhammad, dia pun tidak ragu untuk menjadi pengikutnya. Dia mengajak temannya sewaktu menjadi budak, Ammar bin Yasir, untuk menemui Rasulullah Saw dan menyatakan keislamannya, padahal waktu itu pengikut Rasulullah Saw masih sekitar 30-an orang.

"Betul, dan sekarang, setelah hartamu menjadi banyak kau hendak pergi begitu saja? Engkau boleh pergi, tapi tidak dengan semua hartamu." Seorang penunggang kuda di sisi kanan Suhaib bin Sinan berteriak membuyarkan lamunan nya.

"Baik ... baiklah. Aku memang tidak membawa banyak harta, hanya membawa cukup untuk bekal perjalanan. Semua hartaku aku tinggalkan, begitupun semua barang daganganku. Silahkan kalian ambil, asal kalian membolehkan aku melanjutkan perjalanan." Suhaib bin Sinan dengan tegas memberi penawaran.

"Baiklah kalau begitu."

Tanpa berkata-kata mereka kemudian meninggalkan Suhaib bin Sinan dan kembali ke Makkah. Begitu para pengejarnya berbalik, Suhaib bin Sinan pun melanjutkan perjalanan ke Yatsrib. Hatinya sudah tidak tahan, ingin segera bertemu dengan Rasulullah dan para sahabat yang lainnya.

Menjelang malam Suhaib bin Sinan tiba di Yatsrib dan langsung menemui Rasulullah di masjid. Begitu melihat Suhaib mendekatinya, Rasulullah Saw berkata, "Perdagangan yang amat menguntungkan wahai Abu Yahya, perdagangan yang amat menguntungkan wahai Abu Yahya."

Yang dimaksud Abu Yahya oleh Rasulullah Saw adalah Suhaib bin Sinan. Rasulullah Saw mengatakan demikian karena mengetahui bahwa Suhaib bin Sinan telah menyerahkan semua harta kekayaannya demi untuk berkumpul dengan beliau dan kaum Muslimin.

Hal itu tentu saja membuat Suhaib bin Sinan keheranan, sehingga kemudian bertanya, "Wahai Rasulullah, tidak ada seorang pun yang melihat apa yang kualami dalam perjalanan ke sini. Bagaimana engkau mengetahuinya?"

Rasulullah Saw tersenyum lalu berkata, "Sebelum engkau tiba, Jibril telah mendatangiku dan memberi tahuku.apa yang engkau alami. Dia pun menyampaikan wahyu dari Allah Swt."

Rasulullah Saw kemudian membacakan firman Allah yang dimaksud*,

"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya."

***

*QS. Al-Baqarah ayat: 207

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun